Kunjungan Wisata Tak Selalu Dongkrak Perekonomian, GIPI DIY: Quality Tourism Solusinya

1 month ago 26

 Quality Tourism Solusinya Suasana Jalan Malioboro saat long weekend. - Harian Jogja/Yosef Leon

Harianjogja.com, JOGJA—Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY mendorong perubahan pariwisata DIY dari mass tourism ke pariwisata yang berkualitas (quality tourism). Perubahan tersebut dinilai mampu menjamin keberlanjutan pariwisata DIY. 

Ketua GIPI DIY, Bobby Ardiyanto Setyo Ajie menyatakan tingginya jumlah wisatawan tidak selalu berdampak positif terhadap perekonomian daerah.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata DIY, jumlah kunjungan wisatawan selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 mencapai 1.368.090 orang, meningkat 227.321 orang dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, peningkatan ini tidak sejalan dengan lama tinggal (length of stay) maupun uang yang dibelanjakan wisatawan (spending money). 

Dia menyebut beberapa wisatawan yang berkunjung ke kawasan Malioboro selama momen libur tersebut tidak seluruhnya menginap di Jogja. Menurutnya, beberapa wisatawan memilih menginap di daerah lain lantaran harga sewa kamar yang lebih rendah daripada di Kota Jogja.

Selain itu, kata dia, mereka pun membawa konsumsi masing-masing, sehingga uang yang dibelanjakan di Jogja tidak optimal. 

BACA JUGA: Pelaku Wisata Jogja Gelar Kopdar, Tingkatkan Kualitas dan Sinergi Dukung Quality Tourism

Dia menilai pariwisata DIY perlu beralih menjadi pariwisata yang berkualitas untuk mendorong keberlanjutan sektor pariwisata di DIY. “Jogja ini kecil dan sempit. Kalau kita tidak menata produk dan pasar dengan baik, hanya akan terjadi keramaian tanpa dampak ekonomi signifikan,” kata Bobby dalam Lokakarya Nyengkuyung Guyub Yogya: Mewujudkan Pariwisata Jogja yang Berkelanjutan di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Sabtu (25/1/2025).

Bobby menekankan pentingnya meningkatkan lama tinggal dan uang yang dibelanjakan wisatawan melalui pariwisata yang berkualitas. Dia mengimbau agar pelaku wisata menciptakan paket wisata yang menyasar segmen tertentu, sehingga jumlah wisatawan dapat terkendali dan memiliki dampak ekonomi yang lebih besar bagi DIY.

“Produk wisata berbasis pengalaman menjadi kunci menarik wisatawan agar tinggal lebih lama,” ujarnya.

Menurut Bobby, keberlanjutan pariwisata membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah diminta menciptakan kebijakan yang melindungi ekosistem pariwisata, sementara pelaku wisata didorong untuk berinovasi menciptakan produk khas yang mencerminkan karakteristik lokal. “Setiap kabupaten/kota di DIY harus memiliki segmentasi wisatawan sesuai ciri khas daerah masing-masing,” katanya.

Dia juga menekankan pentingnya peran akademisi dalam mendukung pertumbuhan pariwisata melalui penelitian, pelatihan, dan pengembangan program.

Perwakilan Kalijaga Institute for Justice (KIJ), Prof. Ema Marhumah menilai pariwisata sebagai penggerak roda perekonomian di DIY dapat menjadi alat pemersatu masyarakat lintas agama.

Dia menilai DIY memiliki potensi wisata religi yang besar, seperti Masjid di Kotagede dan Sendangsono. Dia menekankan pentingnya pengemasan paket wisata religi yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

“Pelaku wisata harus mulai beralih ke arah sana [mengemas paket wisata religi lebih inovatif] untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan,” ujarnya. 

Sementara itu, perajin perak Kotagede, Priyo Salim, mendukung perubahan pariwisata DIY dari mass tourism menjadi pariwisata yang berkualitas. Menurutnya dalam mewujudkan pariwisata yang berkualitas, wisatawan cenderung diminati wisata berbasis pengalaman (experience-based tourism).

Itulah sebabnya, dia mendorong agar pelaku wisata dapat membuat paket-paket wisata ke arah sana. “Saat ini paket wisata berbasis pengalaman masih diminati wisatawan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news