TIm Reactics UGM berkompetisi dalam Chem-E-Car di GOR UGM beberapa waktu lalu. - ist Humas UGM
Harianjogja.con, SLEMAN—Komunitas Reactics Chem-E-Car atau komunitas prototipe Mobil Kimia UGM meraih 1st Place in Race Competition, 2nd Place in Poster Competition, dan penghargaan Best Video Profile Competition pada Chem-E-Car pada akhir Agustus lalu. Dengan capaian ini, tim ini berhak melaju ke AIChE Annual Student Conferences Chem-E-Car Competition yang akan diselenggarakan di Boston, Amerika Serikat pada November mendatang.
Salah satu anggota tim dari DepartemenTeknik Kimia, Akmal Argiyanto Pratama, menjelaskan Tim Reactics menghadirkan prototipe mobil kimia dengan konsep yang unik dan inovatif. Mobil kimia ini memanfaatkan gas CO₂ sebagai sumber energi yang dihasilkan dari reaksi asam-basa antara asam asetat dan natrium bikarbonat.
Reaksi ini bersifat endotermik, sehingga membutuhkan pemicu eksternal. Gas CO₂ yang digunakan pun tergolong aman dan stabil karena tidak mudah terbakar seperti gas O₂,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (10/9/2025).
BACA JUGA: Terhimpit Tol Jogja-Solo, Masjid At-Taubah Bakal Direlokasi ke Lahan Baru
Keunikan lain juga terlihat dari sistem stopping-nya. Tim Reactics memanfaatkan sensor cahaya dengan prinsip turbiditas atau kekeruhan yang muncul karena adanya akumulasi sulfur sebagai produk dari reaksi natrium tiosulfat dan asam sulfat. Kondisi keruh tersebut membuat cahaya yang menembus sensor semakin sedikit di akhir reaksi, dan pada titik itulah mobil akan berhenti.
Anggota tim lainnya, Thomas Aquino Widaya Putra atau akrab disapa Nino, menyampaikan perjalanan Reactics ke tingkat internasional merupakan hasil konsistensi sejak 15 generasi. Setiap tahun, tim ini selalu mengupayakan agar bisa berpartisipasi di ajang internasional, seperti yang pernah diadakan di Jerman, Malaysia, dan Amerika Serikat.
“Persiapan tidak hanya teknis, tetapi juga strategi pendanaan dan keberangkatan tim. Berkat kerja sama tim dan dukungan fakultas, universitas, serta sponsor, kami akhirnya mampu menembus kompetisi internasional,” ungkapnya.
Meski demikian, tantangan besar tetap mereka hadapi. Salah satunya keterbatasan waktu karena banyak anggota tim yang bersamaan mengikuti program KKN. “Solusi yang kami lakukan adalah membagi waktu seefektif mungkin, menyusun jadwal kerja yang ketat, serta membagi tugas sesuai keahlian masing-masing anggota,” katanya
Nino mengaku ketertarikannya untuk bergabung di komunitas Chem-E-Car karena atmosfernya yang kompetitif dan sarat pengalaman. “Reactics sangat kompetitif dengan semua lomba yang diikuti, banyak insight serta pengalaman yang bisa diperoleh. Selain itu, komunitas ini menjadi wadah untuk mengembangkan kemampuan teamwork, problem solving, dan kreativitas,” paparnya.
Lolos membawa nama kampus di kompetisi internasional, Nino berharap timnya mampu menghasilkan prestasi terbaik untuk. “Kami bangga bisa menjadi bagian dari Reactics Chem-E-Car UGM yang membawa nama universitas dan Indonesia ke kancah internasional,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News