Penyebab Keracunan Massal di Gantiwarno Klaten: Rendang, Krecek hingga Pangsit Terkontaminasi Bakteri Salmonella

2 hours ago 2

Harianjogja.com, KLATEN—Penyebab keracunan massal di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Klaten akhirnya terungkap. Dari hasil uji laboratorium sejumlah makanan terkontaminasi bakteri salmonella.

Adapun makanan yang terkontaminasi tersebut antara lain rendang, krecek, kerupuk hingga pangsit. “Dari beberapa sampel makanan yang diperiksa positif [terkontaminasi bakteri] Salmonella. Jadi yang positif Salmonella itu pada rendang, krecek, kerupuk serta acara dan bahan dari snack yakni pangsit. Selain sampel itu, hasilnya negatif,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Anggit Budiarto dilansir Espos, Selasa (22/4/2025).

Anggit menjelaskan yang menjadi penyebab keracunan yakni munculnya bakteri Salmonella. Namun, Anggit mengungkapkan bakteri itu muncul setelah makanan olahan selesai dimasak. Artinya, bakteri itu tumbuh bukan dari bahan mentahnya.

Dari hasil pengujian sampel makanan tidak ditemukan atau negatif bakteri E. coli meskipun dari sampel air yang diuji terdapat kandungan tersebut. Dimungkinkan, bakteri E. coli mati setelah dilakukan pengolahan.

BACA JUGA: Air Sumur di Lokasi Keracunan Massal Gantiwarno Klaten Dilakukan Pengujian, Ini Hasilnya

Gejala yang muncul jika terkontaminasi bakteri Salmonella yakni diare, nyeri perut, serta sakit perut setelah 12 jam hingga 72 jam. “Selama pengobatan terhadap gejala yang muncul sudah bisa terobati, bakterinya juga akan hilang,” kata Anggit.

Sebelumnya, ada 160 warga Desa Karangturi yang mengalami gejala keracunan. Diduga, mereka keracunan makanan dari sajian yang dihidangkan saat digelar pentas wayang kulit di desa setempat, Sabtu (12/4/2025). Gejala keracunan mulai dirasakan warga pada Minggu-Senin (13-14/4/2025).

Salah satu warga yang mengalami gejala keracunan meninggal dunia dan belakangan diketahui memiliki komorbid. Sementara itu, warga yang sebelumnya menjalani rawat inap maupun rawat jalan seluruhnya sudah dinyatakan sembuh sejak Minggu (20/4/2025).

Selain melakukan pengobatan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mengambil sampel makanan serta air sumur dari lokasi hajatan. Sampel makanan dilakukan pengujian di Balai Laboratorium Kesehatan dan PAK Dinkes Provinsi Jateng dan dikirim sejak Selasa (14/4/2025).

Pola Hidup Bersih

Sampel makanan yang dibawa ke laboratorium yakni rendang sapi, sambal krecek, kerupuk, acar, kacang, pangsit, serta roti kering. Sampel air sumur dari lokasi hajatan diuji di Laboratorium Kesehatan Dinkes Klaten. Hasil pengujian air sumur keluar pekan lalu.

Dari hasil pengujian air sumur, ditemukan kandungan bakteri Escherichia coli. Hasil pengujian menunjukkan kadar coliform dalam air sumur menunjukkan lebih dari 200 CFU/100 ml. Angka itu lebih tinggi dari ambang batas baku mutu 50 CFU/100 ml.

Kandungan E.coli sebesar 88 CFU/100 ml dengan ambang batas atau lebih tinggi dari ambang batas baku mutu yakni nol. Saat hasil uji air sumur keluar, Dinkes belum bisa menyimpulkan sumber penyebab keracunan. Pasalnya, Dinkes masih menunggu hasil pengujian sampel makanan. Hasil pengujian sampel makanan keluar pada Senin (21/4/2025).

BACA JUGA: Korban Keracunan Massal di Gantiwarno Klaten Capai 137 Orang, Begini Kondisinya

Dinkes menyampaikan hasil pemeriksaan ke Puskesmas yang bakal terus melakukan pengamatan pascakejadian keracunan terutama lingkungan sekitar lokasi hajatan. Selain itu, Puskesmas mengampanyekan gerakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Kalau bicara bakteri, di mana tempat ada. Namun, dia tidak cukup mampu berkembang secara nyaman ketika tidak pada tempat yang nyaman. Ke depannya dalam pengolahan makanan tentu dilakukan dengan baik dan benar. Higienis tetap diperhatikan. Memilih bakan makan yang baik dan benar serta mengonsumsi makanan dengan baik dan benar,” kata Anggit.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Klaten, Hanung Sasmito Wibowo menyatakan rencana tindak lanjut yakni mengambil air dari sumber di beberapa rumah warga sekitar untuk dilakukan pengujian. Petugas melakukan pemeriksaan epidemiologi hingga edukasi terkait menjaga dan menciptakan suasana dengan kondisi sanitasi lingkungan yang bersih, nyaman serta aman untuk keluarga dan masyarakat.

“Termasuk edukasi cara menyajikan makanan dan penyimpanan makanan yang aman dan benar demi kesehatan masyarakat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Espos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news