Perlunya Kesiapsiagaan di Sekolah untuk Meminimalkan Risiko akibat Gempa Bumi

7 hours ago 3

Perlunya Kesiapsiagaan di Sekolah untuk Meminimalkan Risiko akibat Gempa Bumi Dosen Prodi Teknik Sipil ITNY, Ir. Retnowati Setioningsih, ST, MT

Beberapa gempa besar di Indonesia menimbulkan korban jiwa dan kerugian karena sifat gempa bumi yang tidak dapat diprediksi, maka kesiapsiagaan bencana merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha mengurangi risiko gempa bumi terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa bumi.

Setidaknya tercatat 62.687 satuan pendidikan di Indonesia yang terdampak langsung bencana alam selama 10 tahun terakhir.

Kerusakan sarana prasarana satuan pendidikan, gangguan terhadap akses dan fungsi layanan pendidikan, korban jiwa dan luka, peserta didik dan pendidik yang harus mengungsi, dan dampak buruk lainnya dari bencana secara nyata mengganggu proses pembelajaran dan pelayanan pendidikan (SPAB Kemendikbud, 2020).

Gempa di Yogyakarta pada 27 Mei 2006 ini adalah salah satu peristiwa gempa bumi terfatal dengan jumlah korban jiwa terbanyak pada 2000-an di seluruh dunia (https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Yogyakarta_2006). Bencana ini juga merupakan salah satu bencana gempa bumi paling mematikan pada abad ke-21 yang menyebabkan 2.900 sekolah terdampak.

Program sekolah siaga bencana bertujuan mempersiapkan komunitas sekolah agar memiliki kesiapsiagaan yang tinggi sehingga kerusakan dan kerugian akibat gempa dapat diminimalisir apabila gempa bumi terjadi pada saat jam sekolah.

Risiko bencana dapat diminimalkan dan korban jiwa dapat dicegah melalui persiapan yang efektif. 

Permasalahannya adalah banyak sekolah yang belum melakukan penilaian tingkat kesiapansiagaan komunitasnya dan belum melakukan upaya terbaik untuk meningkatkan kesiapansiagaan komunitas sekolahnya.

Di bidang penanggulangan bencana ditegaskan bahwa kesiapsiagaan seluruh warga sekolah/komunitas sekolah baik lembaga, pengajar, maupun siswa dapat mengurangi dampak bencana terhadap sekolah.

Indeks Kapasitas

Strategi penurunan risiko bencana dapat dilakukan dengan strategi peningkatan indeks kapasitas (coping capacity) yang dapat dijalankan melalui aktivitas terukur dengan memperkuat kapasitas penanggulangan bencana pada tiap daerah.

Hal ini bertujuan agar komunitas sekolah yang berfungsi sebagai wadah berkumpulnya generasi penerus bangsa dan agen perubahan dapat membantu meningkatkan kesiapsiagaan bencana. 

Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan kesiapsiagaan bencana alam dimulai sejak usia muda guna mengembangkan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran serta kepedulian.

Penilaian kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap bencana gempa bumi meliputi kesiapsiagaan institusi, guru, dan siswa dengan berpedoman pada framework yang dikembangkan oleh LIPI bekerja sama dengan UNESCO/ISDR 2006.

Parameter yang diukur meliputi: pengetahuan tentang bencana gempa, kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, dan mobilisasi sumber daya. Pengumpulan data yang diperlukan untuk menilai tiap parameter dilakukan dengan cara survei, dan metode analisis yang digunakan adalah skoring atau penilaian indeks dengan memperhatikan bobot tiap parameter menurut framework yang dikembangkan oleh LIPI.

Dengan mengetahui tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah, maka dapat ditentukan jenis kegiatan yang tepat untuk dilaksanakan.

Pada, 2020 penulis pernah melakukan penelitian melalui kegiatan pengabdian masyarakat di SD Muhammadiyah Banyuraden. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesiapansiagaan SD Muhammadiyah Banyuraden berada pada tingkat kesiapan sedang, dengan indeks kesiapan sebesar 55,8%.

Kegiatan yang dirumuskan dan disarankan menjadi prioritas dilaksanakan untuk meningkatkan indeks kesiapsiagaan bencana SD Muhammadiyah Banyuraden adalah sebagai berikut:

Institusi diharapkan dapat membentuk gugus siaga bencana; Institusi diharapkan dapat menyusun SOP dan prosedur tetap evakuasi; Institusi diharapkan mulai melakukan sosialisasi melalui buku saku, video, dan sarana informasi kebencanaan; serta Guru dan siswa terlibat dalam pelatihan lanjutan mengenai kesiapsiagaan bencana dan dilakukan simulasi evakuasi.

Indeks kesiapsiagaan terendah adalah pada parameter kebijakan dan panduan. Kegiatan penguatan kesiapsiagaan yang dilaksanakan untuk meningkatkan indeks kesiapsiagaan.

Hal tersebut antara lain membentuk gugus siaga bencana, membuat peta jalur evakuasi, mengadaptasi simulasi gempa, pelatihan pertolongan pertama dan evakuasi, serta menjalankan simulasi evakuasi bencana gempa.  

Kegiatan penguatan kesiapsiagaan yang dilakukan memberikan impact bagi indeks kesiapsiagaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news