Posko Banjir dan Longsor Dibentuk di Titik Rawan Bantul

1 week ago 13

Harianjogja.com, BANTUL—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul membentuk 18 posko banjir dan tanah longsor di wilayah rawan. Pelatihan relawan dan penyiapan logistik dilakukan untuk mempercepat respons saat bencana terjadi.

Pemerintah Kabupaten Bantul bersiap menetapkan status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi, meliputi banjir, tanah longsor, dan angin kencang, yang akan berlaku mulai 24 Oktober 2025 hingga 24 Januari 2026. Langkah ini diambil sebagai upaya menghadapi potensi bencana di tengah masuknya musim penghujan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Mujahid Amrudin, mengatakan seluruh perangkat daerah, relawan, dan masyarakat telah dilibatkan dalam rangkaian persiapan dan mitigasi sejak akhir Oktober.

“Penetapan status siaga bencana sudah dilakukan bersama Bupati. Setelah itu, kami langsung bergerak melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat, membentuk posko di daerah rawan, serta meningkatkan kapasitas sukarelawan di tingkat kelurahan,” ujar Mujahid, Selasa (11/11/2025).

Menurutnya, BPBD Bantul telah membentuk 18 posko banjir dan tanah longsor yang tersebar di wilayah berpotensi terdampak, serta menyiapkan pelatihan bagi sekitar 50 relawan untuk meningkatkan kemampuan penanganan darurat.

“Selain pelatihan, kami juga menyiapkan bantuan logistik yang nantinya akan didistribusikan ke masing-masing posko. Semua posko ditargetkan aktif dalam waktu dekat, dan Bupati bersama Forkopimda serta OPD terkait akan melakukan pengecekan langsung,” jelasnya.

Sebagai bagian dari kesiapsiagaan, apel siaga bencana hidrometeorologi dijadwalkan digelar pada 23 November 2025 di Parangtritis, melibatkan seluruh unsur pemerintah, relawan, dan masyarakat.

“Apel ini untuk mengecek kesiapan peralatan dan personel dalam menghadapi potensi bencana. Beberapa kejadian seperti pohon tumbang di 26 titik pada akhir Oktober menjadi peringatan bagi kita untuk selalu waspada,” tambah Mujahid.

Selain langkah tanggap darurat, BPBD juga terus melaksanakan sosialisasi mitigasi struktural dan non-struktural di berbagai wilayah, termasuk Sewon, Seloharjo, dan Piyungan. Tujuannya, meningkatkan kesadaran masyarakat agar siap menghadapi ancaman bencana sejak dini.

“Kami setiap hari melakukan kegiatan edukasi, pembentukan keluarga tangguh bencana, serta koordinasi dengan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan relawan. Semua peralatan dan tim siaga sudah kami cek, dan dalam kondisi siap digunakan,” ungkapnya.

Mujahid menambahkan, wilayah Imogiri dan beberapa titik lain seperti Piyungan dan Sewon mendapat perhatian khusus karena memiliki kerentanan tinggi terhadap banjir dan longsor. “Kami sudah membentuk posko di titik-titik itu agar respons cepat bisa dilakukan jika situasi darurat terjadi,” katanya.

Sementara itu, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menegaskan bahwa Pemkab Bantul telah memiliki sistem penanggulangan bencana yang terintegrasi hingga ke tingkat kelurahan.

“Kami sudah memiliki peta wilayah rawan banjir dan longsor, termasuk skema evakuasi jika sewaktu-waktu diperlukan. Dari tahun ke tahun, wilayah yang berpotensi terdampak tidak banyak berubah, masih terkonsentrasi di Bantul bagian timur,” ujar Halim.

Ia memastikan, seluruh titik rawan tersebut akan terus dipantau secara berkala. “BPBD bersama OPD terkait sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi agar masyarakat lebih siap menghadapi musim penghujan,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news