Sleman Catat 82 Kasus Leptospirosis, 9 Meninggal Dunia

4 hours ago 6

Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan Sleman mencatat kasus leptospirosis di Sleman sepanjang 2025 cukup tinggi yakni 82 kasus dengan jumlah kematian sembilan kasus. Keterlambatan penanganan menjadi penyebab tingginya kematian leptospirosis.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama, menjelaskan kasus leptospirosis tinggi karena intervensinya sulit. “Leptospirosis ada 82 kasus, sampai saat ini terjadi sembilan kematian. Intervensinya untuk leptospirosis amat sulit, karena dari tikus,” ujarnya, Selasa (28/10/2025).

Adapun wilayah tertinggi kasus leptospirosis yakni di Kapanewon Ngemplak. Di wilayah tersebut sawahnya tidak terlalu banyak, namun ada beberapa lokasi bengkel mebel yang kondisinya kumuh, sehingga menjadi tempat banyak tikus.

Salah satu kasus terjadi diduga karena media rokok yang tercemari kencing tikua. “Di situ ada yang merokok, naruh rokoknya itu di meja yang kena kencing tikus mungkin. Kemudian dia masuk lewat situ. Makanya untuk leptospirosis, masyarakat harus bisa mengenali tandanya,” katanya.

Tingkat keparahan leptospirosis menjadi tinggi hingga menyebabkan kematian karena keterlambatan penanganan. Pasalnya gejala awal leptospirosis mirip seperti demam, sehingga banyak penderita yang menganggapnya biasa, mengobati sendiri tanpa periksa ke dokter.

“Sama seperti panas-flu itu, panas tinggi. Kemudian yang membedakan adalah nyeri betis, ada mata merah atau kuning. Kalau seperti itu segera berobat. Kematian itu terjadi karena keterlambatan pengobatan sehingga sudah menyebar ke organ ginjal, jantung,” katanya.

Kasus yang berakhir fatal biasanya tidak tertangani dengan benar lebih dari lima hari. Maka ia mengimbau masyarakat jika mendapati gejala leptospirosis apalagi diketahui ada sumber penularan yakni tikus, agar segera ke puskesmas. “Kalau dia segera dapat pengobatan, dapat antibiotik katakanlah, itu sudah tidak akan menimbulkan kematian,” ungkapnya.

Ia juga mengimbau masyarakat agar meningkatkan kesadaran dan upaya pembasmian tikus yang merupakan hama sekaligus media penularan leptospirosis. “Nah ini kita bergerak ke depan terus supaya Sleman tidak menjadi endemis terus,” ujarnya.

Masyarakat perlu meningkatkan kebersihan lingkungan agar tidak menjadi tempat bersarangnya tikus. “Selama masih ada sampah-sampah, populasi tikus akan meningkat terus. Di foodcourt-foodcourt juga harus kita amankan. Sampah-sampah jangan terbuka. Nanti populasi tikus itu cepat sekali berkembang,” ungkapnya.

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news