UGM Dorong Edukasi Publik untuk Lindungi Satwa Liar Indonesia

8 hours ago 1

Harianjogja.com, SLEMAN—Upaya konservasi satwa liar terancam punah menghadapi tantangan di sektor penyelamatan habitat. Koordinasi lintas sektor dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perlindungan satwa dinilai perlu untuk didorong.

Sebanyak 5 dari 10 satwa paling terancam punah di dunia disebut hidup dan berkembang biak di Indonesia dengan kondisi yang mengkhawatirkan. Beberapa satwa liar yang terancam punah di Indonesia tersebut yakni spesies orangutan Kalimantan, orangutan Sumatra, harimau Sumatra, trenggiling Sunda, dan penyu sisik.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Raden Wisnu Nurcahyo, mengatakan konservasi satwa liar menghadapi tantangan pada penyelamatan habitat yang sudah tidak aman lagi ditempati. Hal itu, kata Wisnu, dapat terjadi karena perubahan fungsi lahan, perburuan liar, perubahan iklim, dan paparan penyakit.

Untuk mengatasi tantangan konservasi satwa, Wisnu menilai kolaborasi, komunikasi, dan koordinasi berbagai pihak menjadi kunci penting. Langkah-langkah tersebut, kata dia, perlu dilakukan untuk mengurangi praktik-praktik negatif pada satwa liar yang terancam punah. Adapun pihak-pihak yang perlu bersinergi mencakup masyarakat peduli satwa liar, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.

"Kalau tidak saling berkoordinasi, nantinya akan jalan sendiri-sendiri. Tidak boleh ada ego sektoral dalam melindungi satwa yang dilindungi ini," kata Wisnu pada Senin (13/10/2025).

Wisnu juga memberikan tanggapannya soal penegakan hukum bagi pelaku perdagangan satwa yang dilindungi ini. Dia bilang hukuman bagi orang-orang yang bertanggung jawab atas perburuan ataupun perdagangan satwa liar masih tergolong ringan sehingga kurang memberikan efek jera.

"Jika yang diberikan hukuman ringan, tidak akan memberikan efek jera bagi pelaku," tuturnya.

Wisnu menambahkan apabila tidak dilakukan tindakan tegas bagi pencegahan perburuan liar atau perusakan habitat bagi satwa tersebut, maka akan berdampak pada terganggunya rantai makanan.

"Contohnya, perburuan rusa yang mengakibatkan predator kekurangan sumber pakan sehingga dia justru mengambil kambing milik penduduk sebagai sasaran," tegasnya.

Dari pandangan Wisnu, kampanye dan edukasi kepada masyarakat dalam upaya melindungi satwa-satwa yang dilindungi dan populasinya mulai terancam punah masih perlu diperkuat. Menurutnya, upaya penyadaran kepada masyarakat terhadap kelestarian satwa liar juga perlu dilakukan.

Wisnu menjelaskan keberadaan satwa liar sejatinya membawa banyak manfaat bagi lingkungan, namun tidak semua orang mengetahui hal tersebut. Salah satu contohnya adalah orangutan yang memakan buah-buahan dan ketika mengeluarkan kotoran yang terdapat bijinya, biji tersebut tersebar dan dapat membuat hutan lebih subur.

"Intinya, semua pihak itu harus bersama-sama, berkolaborasi, dan berkomunikasi untuk menjaga satwa liar dari kepunahan. Saya kira kita bisa melestarikan satwa liar dengan kekuatan kemampuan kita masing-masing," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news