PLTA Tonsealama unit 1-3 di Desa Tonsealama, Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara berkapasitas 12 megawatt menjadi penopang listrik untuk wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah hingga Gorontalo. - Bisnis.com / Afiffah Rahmah
Harianjogja.com, MINAHASA—Sejak resmi beroperasi pada 1950, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsealama di Danau Tondano menjadi saksi sejarah kelistrikan Sulawesi dan terus menjaga pasokan energi terbarukan di kawasan timur Indonesia.
Pertama kali dibangun pada 1912 di era Hindia Belanda, kemudian dilanjutkan oleh pemerintahan Jepang pada 1942-1945. PLTA ini mulai resmi beroperasi sejak 1950 setelah seluruh infrastruktur memadai.
Pembangkit listrik tua yang menjadi saksi perjalanan kelistrikan Sulawesi Utara ini memanfaatkan potensi air dari Danau Tondano yang jaraknya 5-6 km tersambung lewat terowongan dengan panjang sekitar 500 meter dan disalurkan melalui 2 pipa pesat (penstock).
PLTA Tonsealama unit 1-3 kini dikelola oleh PT PLN Nusantara Power UP Minahasa terus berperan penting dalam memasok listrik bagi kawasan Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo.
“PLTA ini terdiri dari 3 unit, yang unit 3 itu tahun 1975. Kapasitas di sini 12 MW secara total untuk mengaliri listrik ke sistem interkoneksi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo,” ujar Asisten Manajer Operasi PT PLN Nusantara Power UP Minahasa, Oudy F. Rumbajan, saat ditemui di lokasi, Kamis (31/10/2024).
Awalnya, sistem kelistrikan di wilayah ini masih terisolasi. Menurut Oudy, interkoneksi sistem listrik Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo baru terjadi sekitar tahun 1980-an.
Saat itu, beberapa pembangkit di Gorontalo mulai tersambung dengan sistem kelistrikan Sulut, membuka era baru keterhubungan energi antardaerah di pulau tersebut. Dari total kapasitas 12 MW, energi listrik dari PLTA Tonsealama disalurkan ke jaringan tegangan tinggi 70 kV.
“Untuk 1 MW itu dapat melistriki 15–17 kecamatan dengan daya 450–990 VA. Satu kecamatan rata-rata 20–30 rumah, atau bisa sampai 2 MW tergantung besar luasnya kecamatan tersebut,” jelasnya.
Danau Tondano Jadi Penopang
Sebagai pembangkit tenaga air, PLTA Tonsealama sangat bergantung pada elevasi Danau Tondano. Pada musim kemarau, debit air yang menurun bisa membuat pembangkit berhenti beroperasi.
“PLTA itu beroperasi sesuai dengan musim hujan. Pada saat musim kemarau, sewaktu-waktu akan shutdown karena prime mover-nya itu di sisi air atau elevasi air di Danau Tondano. Jadi kita bersama-sama pelihara danau agar elevasi airnya bisa kita pakai untuk menyuplai listrik,” tutur Oudy.
Dia bercerita, pernah ada masa di mana seluruh unit PLTA harus berhenti beroperasi. Kondisi itu terjadi lantaran dipicu kekeringan yang panjang sehingga elevasi air di Danau Tondano sangat rendah.
“Saya lupa tahun berapa, jadi pernah kita shutdown 3 unit karena memang musim kemaraunya nggak bisa dioperasikan. Tapi ada cara-cara pula untuk membangkitkan supaya elevasi itu naik, pertama TMC atau modifikasi cuaca, kemudian menanam tumbuhan untuk menampung air,” jelasnya.
Selain kekeringan, sampah menjadi masalah besar yang mengganggu kinerja pembangkit, misalnya sampah sering tersumbat di saringan sebelum masuk ke penstock.
“Itu yang jadi kendala kami saat beroperasi, baik di musim hujan maupun kemarau. Jadi kami sosialisasi juga ke masyarakat di seputaran DAS Tondano agar menjaga kebersihan danau,” tuturnya.
Kolaborasi Jaga Lingkungan dan Air Danau
Untuk menjaga stabilitas aliran air, PLN bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I, Pemda, dan TNI untuk mengangkut sampah serta membersihkan DAS. Pengerukan itu karena banyak sedimentasi.
Tak hanya itu, PLN UP Minahasa rutin melakukan penghijauan di sekitar danau. UP Minahasa itu sendiri setiap semester dua kali tanam pohon kerja sama dengan Dinas Lingkungan setempat.
“Total pohon 10.000 lebih, ada mangga, kayu cempaka, di sekitar Danau Tondano dan sebagian power plant kami,” ujarnya.
Menyiapkan SDM dan Rencana PLTA Baru
Kesiapan sumber daya manusia juga menjadi perhatian utama. Pada saat rekrutmen PLN, dia menerangkan, calon pegawai harus melalui pelatihan sesuai jenjang bidangnya.
“Di pembangkitan kami punya SOP untuk setiap operator mengikuti diklat level demi level. Setiap minggu kita review SOP masing-masing. Kalau belum kompeten, ya kita kompetenkan lagi, atau ganti orang, atau switch,” tuturnya.
Ke depan, PLN berencana juga mengoptimalkan potensi air di kawasan Tondano dengan membangun unit baru, PLTA Tonsealama Sawangan 1. Dalam hal ini, pihaknya memanfaatkan flow air yang keluar dari PLTA Tonsealama.
Adapun, total kapasitas PLTA di Tanah Minahasa mencapai 54 MW, termasuk Tanggeri 1 dan Tanggeri 2 di Sulawesi Utara.
“Jadi pada saat PLTA Tonsealama itu beroperasi, itu sangat efisien. Air yang keluar dari satu turbin akan digunakan lagi untuk memutar turbin berikutnya. Masih ada potensi untuk unit yang lebih besar lagi di bawah outflow-nya dari PLTA Tanggeri 2,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com

10 hours ago
2
















































