Wisata ke Galeri Lokananta Solo Menyusuri Jejak Dunia Musik Indonesia

1 month ago 20

Wisata ke Galeri Lokananta Solo Menyusuri Jejak Dunia Musik Indonesia Ruangan Bengawan Solo dalam Galeri Lokananta di Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/12/2024). (ANTARA - Vinny Shoffa Salma)

Harianjogja.com, SOLO—Jika Anda berkunjung ke Solo, Jawa Tengah jangan lupa mampir ke Lokananta. Lokananta merupakan studio rekaman atau studio musik pertama di Indonesia yang didirikan pada 29 Oktober 1956 oleh Raden Maladi, Kepala Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI), yang kini bertransformasi menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Kota Solo, Jawa Tengah.

Galeri yang terletak di Jalan Ahmad Yani nomor 379 A, Kerten, Laweyan, Solo, kini dikelola oleh Perum Percetakan Negara RI (PNRI), sebuah BUMN yang bergerak di bidang percetakan dan penerbitan.

Setelah direvitalisasi oleh pemerintah pada tahun 2022 - 2023, galeri itu menghadirkan tujuh arena menarik, yaitu Galeri Lokananta, Studio Rekaman Lokananta, Lokananta Live House, Taman Lingkar Lokananta, Panggung Amphitheater, Area Ritel F&B, dan Area Ritel Kreatif (non F&B).

Arena yang tidak boleh terlewatkan oleh pengunjung adalah Galeri Lokananta yang menyimpan sejarah tentang dunia permusikan di Indonesia. Dengan membayar Rp35.000 untuk reguler dan Rp25.000 untuk pelajar, mahasiswa, serta lansia, pengunjung dapat mengeksplorasi galeri tersebut, selama satu hingga dua jam.

"Ada delapan ruangan yang bisa diakses, yang pertama ada ruangan Linimasa yang bisa dieksplor sejarah Lokananta dari awal berdiri sampai sekarang," kata Nadila Wijaya Putri, pemandu di Galeri Lokananta, Rabu (4/12/2024).

Selain ruangan Linimasa, ruangan lain yang dapat dijelajahi di galeri itu adalah ruangan Gamelan, Diskografi, Bengawan Solo, Aneka Nada, Proklamasi, Pameran Temporer, dan Pustaka. Untuk menjelajahi ruangan-ruangan di tempat tersebut, pengunjung dapat memilih untuk pergi bersama pemandu tur selama dua jam atau tanpa pemandu tur selama satu jam.

Di ruangan Linimasa, pengunjung dapat mengeksplorasi sejarah pendirian Lokananta sejak tahun 1956 hingga sekarang. Ruangan tersebut menampilkan dokumentasi singkat mengenai perjalanan Lokananta sebagai studio musik pertama di Indonesia.

Selanjutnya, ada ruangan Gamelan yang menjadi salah satu ikon bagi galeri tersebut. Nama Lokananta diambil dari seperangkat gamelan para dewa yang sempat digunakan untuk mengiringi pesta pernikahan di khayangan.

Di ruangan Gamelan, terdapat seperangkat gamelan bernama Kyai Sri Kuncoro Mulyo dan digunakan untuk merekam berbagai kesenian Jawa. Hanya saja, pengunjung tidak diperkenankan untuk menyentuh gamelan di ruangan tersebut dan hanya boleh mengabadikannya dengan foto.

Ada juga ruangan Diskografi yang menampilkan ragam rekaman musik yang pernah diproduksi oleh lembaga itu. Sejak awal pembentukannya, galeri itu mendapat tugas untuk menggandakan rekaman musik dari berbagai daerah di Indonesia.

Lembaga itu merilis berbagai genre musik dari banyak daerah, mulai dari tarling, seriosa, keroncong, hadrah, gambang kromong, calung, hingga pop Melayu. Pada era piringan hitam (1957-1971), produksi rekaman di studio itu dapat dikatakan sangat bervariasi.

Produksi Rekaman Musik

Pada perjalanannya, galeri itu akhirnya memilih berfokus pada produksi rekaman musik dan teater Jawa Tengah, karena tidak sanggup bersaing dengan perusahaan rekaman lain. Produksi musik dan teater Jawa mencapai 70 persen dari keseluruhan rilisan rekaman, kala itu.

Tampilan depan studio musik pertama di Indonesia, yakni Galeri Lokananta di Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/12/2024). (ANTARA/Vinny Shoffa Salma)

Galeri itu juga memproduksi berbagai macam rekaman audio lain, seperti pidato, drama radio, wayang orang, wayang kulit, wayang golek, penyuluhan masyarakat, hingga dongeng anak.

Kemudian, ada ruangan Bengawan Solo untuk melihat proses rekaman musik. Pengunjung dapat melihat deretan alat yang digunakan untuk merekam suara menggunakan medium analog, berupa pita magnetik maupun digital.

Lalu, ada ruangan Aneka Nada yang menampilkan ribuan rekaman suara yang telah diproduksi Lokananta sejak pertana kali berdiri. Setidaknya ada lebih dari 5.760 rilisan rekaman yang telah dipublikasikan oleh Lokananta, belum termasuk rekaman lain yang tidak sempat tersimpan di Lokananta.

Berbagai macam format rekaman telah menjadi bagian dari keseluruhan rilisan studio itu, mulai dari piringan hitam 78 RPM 10 inchi, piringan hitam 33 1/3 RPM 7 inchi, piringan hitam 33 1/3 RPM 10 inchi, piringan hitan 33 1/3 RPM 12 inchi, hingga kaset pita.

Kemudian, ada ruangan Proklamasi yang menampilkan rekaman suara asli Presiden Soekarno, saat membacakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Hanya saja, suara Presiden Seokarno, saat membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu merupakan hasil rekonstruksi rekaman.

Pada tahun 1950, Kepala Stasiun Radio Republik Indonesia Yusuf Ronodipuro pernah meminta Soekarno untuk merekam pembacaan Proklamasi Kemerdekaan. Namun, usulan itu ditolak oleh Soekarno, karena, menurutnya, Proklamasi Kemerdekaan hanya boleh dilakukan satu kali.

Yusuf, akhirnya berhasil membujuk Soekarno untuk membacakan kembali naskah Proklamasi yang direkam di studio RRI Jakarta pada tahun 1951. Lokananta kemudian memproduksi dan merilis piringan hitamnya pada tahun 1959.

Ada juga ruang Pameran Temporer untuk mengapresiasi karya-karya seniman. Setiap enam bulan sekali, muatan di ruangan tersebut akan berganti.

Rabu lalu sedang digelar Pameran Temporer sedang menampilkan perjalanan musik populer Indonesia di tahun 1960-1969 bertajuk Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas. Pameran yang digagas oleh galeri itu bersama Irama Nusantara tersebut menghadirkan sejarah dan karya musik musisi lokal di era 60-an.

Terakhir, ada ruangan pustaka yang dapat digunakan sebagai ruang pertemuan atau rapat. Jika lelah berkeliling di galeri itu, pengunjung juga dapat beristirahat sejenak di sejumlah gerai makanan di sekitarnya. Ada juga toko musik dan aksesori yang dapat disinggahi untuk berbelanja oleh-oleh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news