Dua hari berturut turut tanggal 6-7 November 2026 di lantai IV gedung kebudayaan berlangsung pagelaran seni. Pagelaran ini digagas sebagai bentuk apresiasi anak muda dalam menafsir makna hari pahlawan.
Hari pertama ditandai dengan penampilan aktor idea Padang panjang yang menampilkan naskah Malin Kundang Lirih karya Pandu Birowo. Naskah ini menceritakan dilema laki laki Minangkabau salam pusaran kehidupan yang gagal memaknai perantauan. Naskah dalam bentuk monolog ini digarap sedemikan rupa, duawali dengan gesekan rebab lirih dan alunan dendang yang sayup sayup sampai menggambarkan ketakpastian sebuah perjalanan. Dua orang aktor sebagai latar bergelut dalam visual ragam penderitaani Malin Kundang.
Hari kedua pertunjukan menampilkan tujuh kelompok anak Muda dalam ragam kreasi. Tujuh komunitas ini menampilkan musikalisasi puisi, teater dan Tari. Penampilan pertama musik puisi dari Iko Bana acustik menyanyikan sajak Leon Agusta, disambung oleh Grup SMA Adabiah dalam lantunan dua buah lagu, selanjutnya berturut turut tampil teater gerak komunitas Beda Barat, musikalisasi puisi dari kelompok dua simpul, dilanjutkan dengan UK Kes Baiturahmah lalu tarian kreasi Melayu oleh sanggar seni Sumatra Barat, dua sesi penutup diakhiri oleh teater Imam Bonjol dari UIN Padang dan teater Oase U Kes Unp.
Memaknai hari pahlawan dengan kreativitas merupakan ujud kemerdekaan dengan seni, memaknai kemerdekaan dengan keindahan dan estetika. Memaknai kemerdekaan dengan kebebasan berekspresi, bagi kaum muda.
Mereka belajar melihat dunia dengan lebih jujur, melakukan apa yang mereka bisa sesuai dengan kemampuan tidak memanipulasi diri dengan berbagai dan memanfaatkan segala kesempatan untuk diri sendiri.
Memaknai kemerdekaan bagi mereka berbagi apa yang mereka pikir dan rasakan dengan lebih jujur dan indah.

2 weeks ago
19




















































