Begini Dampak Demo pada Perekonomian Menurut Ekonom DIY

5 hours ago 3

Harianjogja.com, JOGJA— Demonstrasi terjadi di berbagai kota di Indonesia pekan ini, termasuk Yogyakarta. Dipicu kemarahan publik pada kenaikan paket tunjangan anggota DPR hingga kematian pengemudi ojek online (Ojol) Affan Kurniawan dalam demonstrasi di Jakarta.

Ketua Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Purnawan Hardiyanto mengatakan demonstrasi ini telah memberikan dampak yang tidak baik bagi investor. Perekonomian sedang lesu karena keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga membuat manuver kebijakan fiskal dari pemerintah untuk menggairahkan perekonomian menjadi sangat terbatas.

Menurutnya APBN terbebani dengan utang-utang pemerintah yang jatuh tempo dan harus segera dibayarkan. Keterbatasan APBN ini membuat pemerintah, baik pusat maupun daerah, semakin semangat meningkatkan pajak. Ia mengatakan hal ini bertentangan dengan teori fiskal.

"Jika perekonomian sedang lesu seharusnya pemerintah memberi stimulus berupa keringanan pajak dan peningkatan pemberian subsidi untuk meningkatkan daya beli masyarakat," ucapnya, Minggu (31/8/2025).

Dia menjelaskan demo anarkis yang terjadi semakin memperparah kondisi. Sehingga investor melakukan wait and see, menunggu situasi sosial politik kembali stabil dan tenang.

Menurutnya ketidakpercayaan rakyat kepada wakil rakyat, aparat, dan pemerintah membuat munculnya rasa kuatir dari para investor. Padahal dalam situasi kemampuan pemerintah yang sedang terbatas, dana investasi swasta lah yang diharapkan akan dapat menggairahkan perekonomian. Sebab kesempatan kerja bertambah dan diharapkan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.

"Dalam situasi seperti ini diharapkan pejabat, wakil rakyat, dan aparat dapat memberikan pernyataan yang menyejukan rakyat, bukan malah membuat emosi rakyat terpancing," ucapnya.

Lebih lanjut ia menyampaikan, Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan pariwisata akan terdampak dengan situasi ini, karena maraknya demonstrasi di Yogyakarta, mengingat Yogyakarta adalah kota mahasiswa. Diperkirakan sektor-sektor yang terdampak adalah pariwisata dan perdagangan.

Purnawan menjelaskan kepercayaan investor sangat sulit pulih dengan segera. Semua pelaku ekonomi, terutama investor, masih wait and see melihat situasi ke depan, akan membaik atau malah semakin memburuk.

"Dalam waktu dekat sulit berharap nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan membaiK," lanjutnya.

Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, Y. Sri Susilo menyampaikan jika kondisi ini terus berlanjut akan membuat iklim bisnis dan ekonomi tidak kondusif. Di sektor riil distribusi barang yang melewati wilayah demonstrasi akan terganggu sehingga berdampak ke ongkos distribusi. Selain itu menurutnya juga akan menyasar ke pelemahan rupiah dan IHSG.

Menurutnya, Yogyakarta sebagai kota wisata juga akan terganggu. Misalnya wisatawan yang berencana berakhir pekan di Yogyakarta jadi menunda, termasuk Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE).

"Kalau situasi tak kondusif bisa saja jadwal-jadwal MICE di minggu depan depan bisa ditunda," paparnya.

IHSG melemah 1,53 persen ke level 7830,493 pada perdagangan Jumat, (29/8/2025). Sementara nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada Jumat, (29/8/2025) ada posisi Rp16.461 per dolar AS, melemah dari Kamis, (28/8/2025) yang ada di posisi Rp16.356. (**) 

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news