KLIKPOSITIF- Lima komposer muda Sumatera Barat sukses memukau penonton melalui karya-karya inovatif yang memadukan musik tradisi Minangkabau dengan sentuhan digital dalam gelaran Parade Komposer Sumbar 2025 di Taman Budaya Sumbar, Senin (17/11/2025) malam.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari workshop musik yang digelar UPTD Taman Budaya Sumbar pada Agustus lalu, yang diikuti 25 peserta dan melahirkan lima komposer terpilih.
Parade Komposer tahun ini menonjolkan semangat eksperimentasi dan keberanian dalam meleburkan idiom tradisi ke dalam format musik kontemporer, elektronik, dan digital tanpa meninggalkan identitas budaya Minangkabau.
Andre Junaedi Buka Parade dengan “Ratokinetik”
Komposer Andre Junaedi membuka penampilan dengan karya berjudul Ratokinetik, dibawakan bersama Robby Ferdian, Kispra Tommy Soeharto, dan Annisa Salsabila. Karya ini memadukan suasana ratapan tradisi Minang dengan nuansa elektronik modern.
Menurut sinopsisnya, Ratokinetik diangkat dari tradisi Ratok Suayan dalam Rabab Kreasi, yang dikenal dengan ekspresi lirih penuh kerinduan dan kehilangan. Andre menafsirkan ratok bukan sekadar sebagai rasa duka, tetapi sebagai ruang penyembuhan dan proses menerima kehilangan.
Boby Wahyudi Hadirkan Eksperimen Ritmis dalam “Rhythm Hack”
Penampilan kedua datang dari Boby Wahyudi dengan karyanya berjudul Rhythm Hack. Karya ini merombak pakem ritme tradisional Minangkabau dan menghadirkan pola-pola baru yang bersifat eksperimental, namun tetap harmonis.
Berangkat dari tradisi Ratok Solok, Boby mengolah irama vokal tradisional sebagai tema utama dan menggabungkannya dengan unsur elektronik. Penggunaan birama 3/4, 4/4, 5/8 hingga 7/8 menjadi ciri khas yang membuat komposisi ini terasa “nakal” tetapi tetap terstruktur.
Parli Mardian Tampilkan “Reundisprokal”, Dialog Tradisi dan Modernitas
Komposer Parli Mardian kemudian menghadirkan karya berjudul Reundisprokal, sebuah representasi musikal tentang dialog timbal balik antara budaya tradisi dan modernitas.
Karya ini berbasis pada interval Jalua dari musik ranah rantau Minangkabau, yang kemudian diolah dan dilebur ke dalam harmoni, ritme, serta tekstur bunyi kontemporer. Parli turut memadukan instrumen Saluang Panjang dan ritme Gontong-Gontong dengan pendekatan digital yang memperkaya karakter musiknya.
Andicky Suprianda Angkat Unsur Ritual dalam “Ritual Diksional”
Penampilan selanjutnya dibawakan Andicky Suprianda melalui karya berjudul Ritual Diksional. Karya ini terinspirasi dari tradisi dumpiang Pariaman serta unsur atraksi silek.
Andicky mengusung konsep “ritual” sebagai pembuka dan “diksi” sebagai kejelasan pengucapan vokal. Ia menekankan bahwa setiap awal harus diakhiri dengan baik, sehingga komposisi ini mengalir layaknya sebuah prosesi ritual yang utuh.
Muhammad Panji Maulana Tutup Parade dengan “Separasi Lingual”
Parade Komposer Sumbar 2025 ditutup oleh Muhammad Panji Maulana melalui karyanya berjudul Separasi Lingual. Karya ini mengangkat tema perbedaan komunikasi antarbudaya dan proses penyembuhan melalui musik.
Panji terinspirasi dari tradisi Anak Balam khas Pesisir Selatan, yang memiliki nilai spiritual dan fungsi pengobatan. Dengan pendekatan musik modern, komposisi ini menciptakan ruang dengar yang kaya, mendalam, dan sarat makna.

4 days ago
10


















































