PADANG, KLIKPOSITIF- Dinas Kebudayaan Sumbar bekerjasama dengan Anggota DPRD Sumbar Jefri Masrul melakukan kegiatan penguatan kapasitas pemangku adat niniak mamak Kabupaten Tanah Datar.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Jefrinal Arifin, tantangan kebudayaan Minangkabau saat ini cukup kompleks. Mulai dari disrupsi budaya, lemahnya peran ninik mamak dan Bundo Kanduang, hingga ketimpangan pemahaman ABS-SBK di kalangan generasi muda.
Jefrinal menilai ini adalah salah satu langkah untuk melestarikan adat dan menghidupkan kembali semangat kebudayaan yang mulai memudar ditengah pengaruh globalisasi.
Tahun ini, pihaknya menargetkan bisa memberikan Bimbingan Teknis (Bimtek) untuk 1.373 niniak mamak. “Sebelumnya juga sudah dilaksanakan di dua daerah yakni Bukittinggi dan Dharmasraya (ini juga bekerja sama dengan dana pokir anggota dewan di daerah tersebut),” ungkap Jefrinal didampingi Ketua Panitia Bimtek, Fadhli Junaidi, Jumat 30 Oktober 2025.
Kegiatan tersebut terlaksana berkat dukungan dana Pokok Pikiran (Pokir) Anggota DPRD Sumbar Jefri Masrul, dengan tema “Pulangkan Siriah ka Tampuaknyo” dilaksanakan dari Tanggal 30 Oktober hingga 2 November 2025 di Grand Rocky Hotel Kota Padang.
Kegiatan ini bertujuan agar pemangku adat kembali meneguhkan fungsi sosial dan kulturalnya dalam masyarakat. Serta, dapat mentransfer ilmu yang didapat pada generasi muda, termasuk para guru mata pelajaran yang berkaitan.
“Nanti para niniak mamak yang mengikuti pelatihan ini akan menemui kepala sekolah dan terkoordinasi untuk memberikan penguatan pada guru mata pelajaran terkait adat budaya Minangkabau,” sambungnya.
Jefrinal mengatakan, pembelajaran Budaya Alam Minangkabau (BAM) telah masuk dalam kurikulum sekolah. Namun, banyak tenaga pengajar yang belum memahami substansi budaya karena berasal dari latar belakang nonkebudayaan.
“Banyak guru BAM berasal dari bidang olahraga atau eksakta. Mereka tidak memahami nilai-nilai budaya Minangkabau sehingga saat murid bertanya, tidak bisa menjawab. Ini harus kita benahi,” jelasnya.
Jefrinal menegaskan, keterbatasan tenaga pengajar BAM menjadi tantangan besar. Untuk itu, ia mendorong para ninik mamak agar berbagi ilmu kepada guru di sekolah.
“Ninik mamak bisa menjadi pengajar bagi guru, bukan di kelas tapi melalui pelatihan. Kami akan memilih orang yang kapabel untuk menjadi narasumber di daerahnya masing-masing,” katanya.

1 day ago
3



















































