Solok, Klikpositif – Musim kemarau panjang yang melanda wilayah Kota dan Kabupaten Solok berdampak signifikan terhadap panen padi masyarakat. Penurunan hasil panen bahkan hampir 50 persen dari kondisi biasanya.
Salah seorang petani di Kota Solok, Yanti mengungkapkan, biasanya panen padi di areal sawahnya mencapai 1000 sukat per panen. Namun pada panen kali ini, hasilnya hanya sekitar setengahnya saja.
“Turun setengah dari hasil panen biasanya. Ini disebabkan pasokan air yang sempat terhenti saat musim kemarau,” ungkap Yanti saat ditemui ketika paneh di hamparan Sawah Solok, Rabu (6/8/2025).
Berkurangnya hasil panen padi masyarakat berimbas terhadap harga gabah di pasaran. Harga gabah yang biasanya dihargai Rp10.000 per sukat kini naik menjadi Rp11.000 di tingkat tengkulak.
Kendati jauh turun dari biasanya, para petani tetap bersyukur dengan hasil panen yang diperoleh. Petani berharap, di musim tanam berikutnya pasokan air kembali normal dan bisa menghasilkan padi dengan jumlah lebih.
“Kemarin ini persoalannya hanya pasokan air yang sangat terbatas. Kalau pupuk tetap lancar, serta bisa dikatakan tidak muncul hama padi yang mencolok,” imbuh Yanti.
Sementara itu, Kadis Pertanian Kota Solok, Zulkifli melalui Kabid Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Joni Harnedi menjelaskan, terdapat sejumlah daerah yang terdampak parah pada musim kemarau kali ini di Kota Solok.
“Yang terdampak itu lahan sawah di Kelurahan VI Suku, daerah Gurun Bagan, Simpang Rumbio dan sejumlah titik di Tanjung Harapan. Sekitar 50 hektare terancam gagal panen dan 50 hektare terlambat masa tanam,” jelas Joni Harnedi.
Untuk meminimalisir dampak kemarau, Dinas Pertanian bersama petani berupaya mengoptimalkan irigasi yang ada. Kemudian juga memanfaatkan sekitar 30 unit pompa air untuk mengairi areal sawah.
“Dengan kondisi ini, surplus beras Kota Solok bisa jadi tidak tercapai. Normalnya, kita menghasilkan sekitar 9 ribu ton beras per tahun dengan konsumsi sekitar 7 ribu ton. Untuk data akhirnya nanti di penghujung tahun,” tutupnya.