Intensitas Hujan di Area Puncak Gunung Merapi Meningkat, Masyarakat Diminta Waspadai Potensi Banjir Lahar

1 month ago 25

Intensitas Hujan di Area Puncak Gunung Merapi Meningkat, Masyarakat Diminta Waspadai Potensi Banjir Lahar Luncuran material erupsi awan panas guguran berujung di sungai Gendol, sisi tenggara bunker Kaliadem, Cangkringan, Sleman. - Harian Jogja/Desi Suryanto

Harianjogja.com, SLEMAN— Masyarakat yang beraktivitas di sungai-sungai berhulu Gunung Merapi diminta meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya, akhir-akhir ini intensitas hujan yang turun di area puncak Gunung Merapi mengalami peningkatan.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso mengungkapkan pada Sabtu (7/12/2024) terjadi hujan di area puncak Gunung Merapi. Hujan terjadi mulai pukul 14.51 WIB dengan jumlah curah 19.4 milimeter, intensitas milimeter per jam.

BACA JUGA: Merapi Keluarkan Satu Awan Panas dan 93 Guguran Lava

Tingginya hujan di area puncak, lanjutnya, harus diantisipasi masyarakat. Dia meminta masyarakat untuk waspada terkait potensi banjir lahar dingin di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

"Waspadai bahaya lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi serta awan panas guguran di daerah potensi bahaya. Masyarakat diimbau untuk menjauhi daerah bahaya serta mematuhi rekomendasi," tegas Agus pada Sabtu (7/12/2024).

Laporan Aktivitas Gunung Merapi selama sepekan, terhitung 29 November hingga 5 Desember 2024, menunjukkan hujan terjadi di area puncak. "Pada minggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 111 mm/jam selama 40 menit di Pos Kaliurang pada tanggal 5 Desember 2024," ungkapnya. 


Malahan, lama dan derasnya hujan membuat sejumlah sungai yang berhulu ke Gunung Merapi mengalami penambahan aliran air. "Dilaporkan adanya penambahan aliran di Kali Boyong dan Kali Gendol," tandasnya. 


Selain hujan yang mengguyur area puncak Gunung Merapi, pekan ini awan panas guguran teramati satu kali terjadi ke arah barat daya. Jarak luncur awan panas guguran ini mencapai 1.400 meter. 

Selain itu dalam sepekan guguran lava juga teramati terjadi sebanyak 84 kali ke arah barat daya (hulu Kali Bebeng) dengan jarak maksimal sejauh 1.800 meter. Guguran lava juga tercatat delapan kali terjadi ke arah hulu Kali Krasak sejauh maksimal 1.500 meter dan satu kali ke arah barat (hulu Kali Senowo) sejauh maksimal 500 meter. 

"Suara guguran terdengar satu kali dari Pos Babadan dengan intensitas kecil," imbuhnya. 

Morfologi kubah barat daya disebut Agus teramati adanya perubahan akibat adanya aktivitas pertumbuhan kubah, guguran lava dan awan panas guguran. Untuk morfologi kubah tengah tidak ada perubahan morfologi yang signifikan. 

"Berdasarkan analisis morfologi dari kamera Babadan2, volume kubah barat daya mengalami pertumbuhan terukur sebesar 3.272.300 meter kubik. Sedangkan untuk kubah tengah tetap, sebesar 2.361.800 meter kubik," jelas Agus.

Merujuk hasil pengamatan visual dan instrumental aktivitas Gunung Merapi, disimpulkan bahwa saat ini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat SIAGA.

Data pemantauan menunjukkan peningkatan gempa VTB dan deformasi Gunung Merapi. Data ini mengindikasikan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.

Agus menjelaskan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Pada sektor tenggara potensi bahaya meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. 

"Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," tegasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news