Makan-makan. - Ilustrasi - Freepik
Harianjogja.com, JAKARTA—Sejumlah kebiasaan hidup ternyata bisa merusak kerja otak secara kognitif. Sebaiknya Anda hindari.
Seperti dikutip Bisnis.com, jaringan Harianjogja.com, dari Bolde, dari cara Anda tidur hingga seberapa sering Anda mengerjakan banyak tugas, berikut ini adalah apa yang dikatakan sains terbaru tentang pola gaya hidup yang dapat mengganggu fungsi otak Anda dan apa yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya. Berikut kebiasaan-kebiasaan yang bisa merusak otak Anda:
Kurang tidur
Kurang tidur kronis tidak hanya membuat Anda merasa cemas dan gelisa, tetapi juga dapat secara signifikan mengurangi kemampuan otak Anda untuk mendetoksifikasi dirinya sendiri.
Saat Anda tidur, otak Anda membersihkan produk limbah seperti beta-amiloid, protein yang terkait dengan penyakit Alzheimer. Kehilangan istirahat yang berkualitas, dan sistem itu akan mati.
Penelitian telah menunjukkan bahwa bahkan satu malam tidur yang buruk dapat mengganggu konsolidasi memori dan pengambilan keputusan. Sebagaimana dijelaskan dalam Institut Kesehatan Nasional, tidur sangat penting untuk menjaga jalur saraf yang mendukung pembelajaran dan pengaturan emosi.
BACA JUGA: Kadin Bakal Bangun 1.000 Dapur Umum Makan Bergizi Gratis
Perilaku tidak banyak bergerak
Otak Anda berkembang pesat karena gerakan. Olahraga teratur meningkatkan aliran darah ke otak, mendukung neurogenesis (pembentukan neuron baru), dan bahkan meningkatkan suasana hati melalui neurotransmiter yang membuat Anda merasa senang seperti dopamin dan serotonin, menurut American Psychological Association.
Namun, duduk dalam waktu lama, terutama tanpa stimulasi mental, telah dikaitkan dengan penyusutan di area otak yang terkait dengan memori dan pembelajaran. Seiring berjalannya waktu, kurangnya gerakan dapat menyebabkan penurunan kognitif dan fokus mental yang buruk. Anggaplah gerakan sebagai nutrisi mental—tanpanya, otak mulai kekurangan nutrisi.
Kebiasaan multitasking
Kebiasaan yang terasa produktif tetapi sebenarnya membebani kemampuan otak Anda untuk memproses informasi secara efektif. Terus-menerus beralih di antara tugas meningkatkan beban kognitif dan hormon stres sekaligus mengurangi akurasi dan retensi memori.
Gangguan digital ada di mana-mana, yang memecah rentang perhatian dan melatih otak untuk mengharapkan stimulasi yang konstan. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian yang dipublikasikan di Cerebrum, multitasking dapat merusak memori jangka pendek dan mengurangi kinerja pada tugas-tugas yang kompleks, bahkan setelah multitasking berakhir.
Pola makan yang salah
Pola makan memainkan peran besar dalam seberapa baik otak Anda berfungsi, dan pola makan modern yang banyak mengandung makanan olahan merupakan masalah besar. Pola makan yang tinggi gula, karbohidrat olahan, dan lemak trans dikaitkan dengan peningkatan peradangan dan resistensi insulin di otak, dua faktor yang terkait dengan penurunan kognitif dan penyakit neurodegeneratif.
Makanan yang sangat diproses bahkan dapat mengubah sumbu otak-usus, jaringan komunikasi yang memengaruhi suasana hati, kognisi, dan respons imun. Para ahli di Harvard Health mengatakan pola makan yang kaya buah-buahan, sayuran, lemak sehat, dan omega-3 dikaitkan dengan fokus yang lebih baik dan risiko depresi yang lebih rendah.
Stres Kronis
Stres kronis adalah pembunuh otak lain yang sering luput dari perhatian. Hidup dalam kondisi lawan atau lari yang terus-menerus membanjiri otak dengan kortisol, hormon yang jika berlebihan dapat merusak hipokampus—daerah yang bertanggung jawab atas memori dan pembelajaran. Seiring berjalannya waktu, kadar kortisol yang tinggi dapat merusak plastisitas sinaptik, sehingga lebih sulit untuk berpikir jernih atau mengingat informasi.
Otak sangat tangguh, tetapi hanya jika diberi waktu dan ruang untuk beristirahat dan memulihkan diri. Belajar mengelola stres—melalui latihan pernapasan, perhatian penuh, atau sekadar memperlambat diri—secara harfiah dapat menjaga jaringan otak.
Isolasi sosial
Isolasi sosial, secara mengejutkan, juga merupakan faktor risiko kognitif. Manusia terprogram untuk terhubung, dan kesepian yang berkepanjangan dapat membahayakan kesehatan otak seperti halnya merokok atau obesitas.
Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kehidupan sosial yang kuat cenderung memiliki pikiran yang lebih tajam, memori yang lebih baik, dan risiko demensia yang lebih rendah. Ini tidak berarti Anda harus terus-menerus dikelilingi oleh orang lain, tetapi percakapan yang bermakna dan koneksi antarmanusia penting, terutama seiring bertambahnya usia.
Kurangnya stimulasi mental
Membiarkan otak Anda bekerja secara otomatis—dapat menyebabkan penurunan kognitif. Otak Anda seperti otot: ia akan mulai melemah jika Anda tidak menantangnya. Kebiasaan pasif seperti menonton TV secara berlebihan atau menggulir media sosial selama berjam-jam mungkin terasa menenangkan, tetapi sering kali gagal memberikan keterlibatan kognitif yang diinginkan otak Anda.
Mempelajari bahasa baru, memainkan alat musik, mengerjakan teka-teki, atau bahkan terlibat dalam membaca mendalam dapat membantu menjaga otak Anda tetap tajam dan neuroplastisitas tetap tinggi hingga usia lanjut. Kesehatan otak bukan hanya tentang apa yang Anda hindari—melainkan tentang apa yang secara aktif Anda masukkan ke dalam pikiran Anda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com