Suasana rumah duka mahasiswa Amikom Yogyakarta bernama Rheza Sendy Pratama yang meninggal di Padukuhan Jaten, Kalurahan Sendangadi, Kapanewon Mlati, Sleman, Minggu (31/8/2025). - Harian Jogja / Andreas Yuda Pramono
Harianjogja.com, JOGJA - Jogja Police Watch (JPW) mendorong dibentuknya tim investigasi independen terkait kematian mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama, yang dinilai janggal. Rheza meninggal dunia saat mengikuti aksi unjuk rasa di Mapolda DIY pada Minggu (31/8/2025) pagi.
Kadiv Humas JPW, Baharuddin Kamba, menyampaikan desakan tersebut muncul karena adanya dugaan ketidakwajaran atas luka-luka yang dialami korban. Menurut pengakuan orang tua Rheza, Yoyon Surono, jasad anaknya ditemukan dengan kondisi penuh luka di sejumlah bagian tubuh.
“Kenapa kematian mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2023 Universitas Amikom Yogyakarta kami sebut tak wajar karena menurut pengakuan orangtua korban, ada sejumlah luka yang dialami anaknya yakni tengkuk yang patah, luka bekas pijakan kaki serta luka pada bagian wajah,” ungkap Baharuddin, Senin (1/9/2025).
BACA JUGA: Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal Dunia Saat Demonstrasi di Polda DIY
Selain itu, Rheza juga disebut mengalami luka lecet pada kaki dan tangan, sementara di bawah matanya tampak berwarna putih. Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan besar. “Jika korban Rheza meninggal dunia hanya karena terkena gas air mata, apakah separah itu luka-luka yang dialami korban?” lanjutnya.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, JPW menilai perlu ada tim investigasi independen guna mengungkap penyebab pasti kematian mahasiswa asal Mlati, Sleman itu. “Jika investigasi hanya dilakukan oleh pihak kepolisian dalam hal ini Polda DIY (sesuai dengan permintaan Sultan HB X), maka hasilnya dikhawatirkan sangat subyektif dan terkesan melindungi anggota polisi,” tegas Baharuddin.
JPW juga mengingatkan aparat untuk tidak bersikap represif terhadap massa aksi. Menurutnya, tindakan represif justru berpotensi memicu tindakan anarkistis dari demonstran.
Sebelumnya, ayah korban, Yoyon Surono, menceritakan kondisi jenazah anaknya. Ia mengaku melihat bekas jejakan sepatu lars di bagian perut kanan Rheza. Selain itu, leher belakang atau punuk korban juga patah.
“Kepala agak bocor juga. Terus ada bekas sabetan tongkat di badan kiri anak saya. Darah sudah menghitam. Muka dan badan basah, rambut tidak keruan,” kata Yoyon saat ditemui di Padukuhan Jaten, Kalurahan Sendangadi, Mlati, Minggu (31/8) sore.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News