Kisah Syamsul Bahri Sembuh dari Infeksi Paru-paru, Berobat Pakai BPJS Kesehatan

6 days ago 9

Klikpositif Program September - iklan hayati

PADANG KLIKPOSITIF – Syamsul Bahri (52 tahun) warga Dadok Tunggul Hitam, Kecamatan Koto Tangah akhirnya sembuh dari infeksi paru-paru yang menyerangnya satu tahun lalu. Kini, ia bisa beraktivitas normal setelah setahun harus bolak-balik rumah sakit.

“Awal Januari 2024, saya merasakan sesak napas, nyeri di dada, lalu pingsan. Saya baru sadar setelah berada di rumah sakit Rasidin Padang,” kata Pak Syam menceritakan awal mula pengalamannya berobat menggunakan BPJS Kesehatan, Selasa 9 September 2025.

Dari hasil pemeriksaan dokter, Syamsul Bahri dinyatakan infeksi paru-paru dan harus dirawat di rumah sakit daerah Kota Padang tersebut. Setelah lima hari dirawat di RS, kondisi kesehatan Syam mulai membaik dan pada hari keenam dinyatakan bisa pulang.

“Dokter menyatakan bisa pulang dan namun harus tetap dalam pengawasan dokter (rawat jalan). Hampir 6 bulan saya menjalani rawat jalan dan selalu diberikan obat dalam jumlah banyak. Alhamdulillah pakai BPJS Kesehatan bisa berjalan lancar,” sebutnya.

Dia bersyukur karena semua biaya perawatan di rumah sakit, termasuk obat-obatan yang dikonsumsi selama rawat jalan ditanggung oleh BPJS kesehatan.

“Tidak ada beli obat tambahan di luar, semua diresepkan dokter dan diberikan oleh apotek di rumah sakit. Obatnya semua ditanggung BPJS kesehatan. Alhamdulillah,” tutur bapak dua orang anak itu.

Dia mengaku sejak 10 tahun terakhir sudah tidak lagi bekerja karena faktor usia dan kondisi kesehatan. Sejak istrinya meninggal Syam hidup sendiri dan tidak berpenghasilan.

“Kadang dibantu keluarga besar dan teman-teman. Saya sudah tidak bekerja lagi karena kondisi kesehatan,” ujarnya.

Meskipun ada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari pemerintah, namun Syam mengaku tidak mendapatkan program JKN gratis tersebut.

“Karena tidak terdaftar sebagai penerima JKN saya mendaftarkan saja BPJS mandiri karena menurut saya memiliki jaminan kesehatan sangat penting,” jelas Syam.

Dia berandai-andai, jika tidak menggunakan BPJS kesehatan mungkin sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk biaya perawatan selama di rumah sakit dan selama proses pengobatan.

“Fasilitas BPJS kesehatan memang tidak kita gunakan setiap saat, tapi pada kondisi tertentu kita sangat bersyukur punya BPJS kesehatan, contohnya saja saat saya tiba-tiba sakit kemarin kalau tidak punya, wah sudah membengkak pembayaran pengobatan saya,” sambungnya.

Meskipun demikian, Syam berharap bisa terdaftar sebagai penerima bantuan JKN dari pemerintah. Mengingat kondisinya saat ini yang tidak memiliki penghasilan, membuatnya kewalahan membayar uang bulanan BPJS kesehatan.

“Sekarang kan saya pakai BPJS kesehatan mandiri, kami bertiga bayar Rp105 ribuan an setiap bulannya (untuk kelas 3). Pekerjaan juga serabutan, kadang ada kadang gak ada, ditambah lagi kondisi kesehatan yang kurang fit, jadi agak susah bekerja,” kata dia.

Roni (34 tahun) teman Syam mengatakan, kehidupan Syam beberapa tahun belakangan memang banyak dibantu oleh rekan-rekan dan saudaranya. Bahkan waktu sakit dan dirawat dibantu warga mengantar ke rumah sakit.

“Beliau tinggal di rumah sisa gempa 2009, rumahnya sangat memprihatinkan. Pak Syam juga tidak bekerja lagi tentu tidak ada pemasukan. Memang harus ada keringanan iuran BPJS Kesehatan,” katanya.

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news