Mengenal Rahmah El Yunusiyah, Pendiri Diniyah Putri Padang Panjang yang Diangkat Jadi Pahlawan Nasional

1 week ago 20

Exhibition Scoopy x Kuromi - Klikpositif

PADANG, KLIKPOSITIF – Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah atau yang dikenal dengan Rahmah Yunusiah, pendiri Diniyah Putri Padang Panjang diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia tahun 2025.

Pengumuman itu di sampaikan oleh Brigadir Jenderal TNI Wahyu Yudhayana melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK Tahun 2025.

Baca Juga

Pengumuman ditayangkan dalam Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2025 di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh bangsa melalui Keputusan Presiden Nomor 116/TK Tahun 2025.

Lalu siapa sebenarnya Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah? Berikut penjelasannya.

Dilansir dari laman Wikipedia, Rahmah El Yunusiyah lahir pada 26 Oktober 1900 – 26 Februari 1969). Ia seorang reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia dan pendiri Diniyah Putri, perguruan yang saat ini meliputi taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Sewaktu Revolusi Nasional Indonesia, ia memelopori pembentukan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Padang Panjang serta menjamin seluruh perbekalan dan membantu pengadaan alat senjata mereka. Rahmah sempat belajar di Diniyah School yang dipimpin abangnya, Zainuddin Labay El Yunusy.
Tidak puas dengan sistem koedukasi yang mencampurkan pelajar putra dan putri dalam satu kelas, Rahmah secara inisiatif menemui beberapa ulama Minangkabau untuk mendalami agama, hal tidak lazim bagi seorang perempuan pada awal abad ke-20 di Minangkabau.

Selain itu, ia mempelajari berbagai ilmu praktis secara privat yang kelak ia ajarkan kepada murid-muridnya. Dengan dukungan abangnya, ia merintis Diniyah Putri pada 1 November 1923 yang tercatat sebagai sekolah agama Islam khusus perempuan pertama di Indonesia.

Sewaktu pendudukan Jepang di Sumatera Barat, Rahmah memimpin Haha No Kai di Padang Panjang untuk membantu perwira Giyugun. Pada masa perang kemerdekaan, ia memelopori berdirinya TKR di Padang Panjang dan mengerahkan muridnya melawan penjajah sesuai kesanggupan mereka walaupun hanya menyediakan makanan dan obat-obatan. Pada 7 Januari 1949, ia ditangkap oleh Belanda dan ditahan. Dalam pemilu 1955, Rahmah terpilih sebagai anggota DPR mewakili Masyumi, tetapi tidak pernah lagi menghadiri sidang setelah ikut bergerilya mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Keberadaan Diniyah Putri kelak menginspirasi Universitas Al-Azhar membuka Kulliyatul Banat, fakultas yang dikhususkan untuk perempuan. Pada 1955, Imam Besar Al-Azhar Abdurrahman Taj mengunjungi Diniyah Putri.
Pada 1957, saat melakukan kunjungan balasan ke universitas tersebut, ia dianugerahi gelar kehormatan “Syekhah”—yang belum pernah diberikan sebelumnya. Di Indonesia, pemerintah menganugerahkannya tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana secara anumerta pada 13 Agustus 2013.

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news