Menjaga Kedekatan dengan Anak Tanpa Harus Memberi Mereka ‘Smartphone’

1 week ago 26

Exhibition Scoopy x Kuromi - Klikpositif

KLIKPOSITIF – Sebagai seorang ibu, Anda tentu ingin selalu bisa terhubung dengan anak. Jika ia terluka atau merasa tidak nyaman saat bermain di rumah temannya, Anda ingin ia bisa segera menghubungi Anda. Karena itu, saat berbicara dengan kelompok orang tua tentang penggunaan media sosial anak, Anda selalu mengingatkan bahwa ada banyak cara untuk tetap berkomunikasi tanpa harus memberikan mereka smartphone.

Orang tua bisa memilih “dumbphone” — ponsel lipat sederhana yang hanya bisa digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan, tanpa akses ke media sosial. Ini penting, karena media sosial kerap menjadi tempat anak-anak terpapar konten berbahaya dan bahkan bisa menjadi pintu masuk bagi predator daring.

Pilihan lain adalah jam tangan pintar khusus anak yang memungkinkan mereka menelepon, mengirim pesan singkat, bahkan melacak lokasi secara real time.
Di rumah, Anda memiliki “perangkat keluarga” — sebuah ponsel yang tidak dimiliki anak secara pribadi, melainkan dipinjam saat diperlukan, misalnya ketika ia pergi ke kegiatan tanpa orang tua. Fungsinya hanya untuk tetap terhubung dengan keluarga, bukan untuk berselancar di internet atau bermain media sosial.

Bangun Komunitas dengan Orang Tua Lain

Di era ketika banyak anak usia praremaja sudah memiliki smartphone, tekanan dari teman sebaya menjadi tantangan tersendiri. Banyak orang tua merasa khawatir anak mereka akan terisolasi atau tidak diundang bermain jika tidak memiliki ponsel seperti teman-temannya.

Karena itu, penting untuk menjalin komunikasi dengan orang tua teman anak-anak kita sejak dini — agar bisa membuat kesepakatan bersama untuk menunda pemberian smartphone hingga anak cukup dewasa untuk menggunakannya secara bertanggung jawab.

Hal ini juga dilakukan oleh Lauren Tetenbaum, seorang psikoterapis asal New York sekaligus ibu dari dua anak usia sekolah dasar. Ia mengatakan, di lingkungannya para orang tua bahkan berdiskusi tentang menghidupkan kembali telepon rumah (landline) sebagai cara anak-anak berkomunikasi tanpa smartphone.

Percakapan semacam ini penting, karena anak usia 11–12 tahun belum siap menghadapi tekanan sosial dan emosional dari penggunaan media sosial. Penelitian menunjukkan, menggunakan media sosial saat masa pubertas berkaitan dengan penurunan kepuasan hidup setahun kemudian.

“Karena itu, saya memutuskan untuk tidak memberikan smartphone pribadi kepada anak-anak saya hingga mereka berusia 16 tahun,” jelasnya.

Namun, bagi anak-anak yang sudah lebih dulu memiliki smartphone sebelum riset semacam ini dikenal luas, orang tua tetap bisa melindungi mereka dengan membuat aturan yang kuat tentang kapan dan bagaimana ponsel boleh digunakan.

Atur Ulang Aturan untuk Seluruh Anggota Keluarga

Aturan penggunaan ponsel bagi anak sebaiknya mencakup waktu tidur yang cukup, waktu belajar tanpa gangguan, serta waktu untuk kegiatan sosial dan keluarga secara langsung. Dan yang tak kalah penting, jika aturan sering dilanggar tanpa konsekuensi, anak akan belajar bahwa peraturan bisa diabaikan.

Misalnya, Anda dapat menyepakati bahwa anak tidak boleh menggunakan ponsel saat mengerjakan PR, kecuali untuk mencari informasi atau menghubungi teman sekelas. Dalam hal ini, mereka perlu mematikan notifikasi dari semua aplikasi agar tidak terdistraksi.

Menurut Tetenbaum, libatkan anak dalam menyusun aturan. “Ketika anak ikut menentukan, mereka lebih mungkin mematuhinya,” katanya. Tanyakan bagaimana mereka ingin menggunakan perangkatnya, dan apa yang menurut mereka adil.
Ia juga menegaskan pentingnya mengingatkan anak bahwa perangkat tersebut milik orang tua. “Artinya, Anda berhak memeriksa penggunaan mereka kapan saja,” ujar Tetenbaum.

Orang Tua Juga Butuh Aturan

Tetenbaum menekankan, orang tua perlu menjadi teladan. “Usahakan tidak memainkan ponsel saat makan bersama anak. Jika harus melihat ponsel, jelaskan bahwa Anda sedang mengecek agenda hari itu,” katanya.

Jika merasa penggunaan media sosial anak mulai tidak terkendali, cobalah menawarkan alternatif yang lebih menarik. “Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki kebiasaan,” tambahnya.

Misalnya, Anda bisa berkata, “Kemarin hujan, jadi kita banyak menghabiskan waktu dengan layar. Hari ini kita main di luar atau membaca buku, yuk.” Ajak anak memilih sendiri kegiatan penggantinya agar mereka tetap merasa dilibatkan.

Tetap Terhubung, Tanpa Harus Tersambung ke Internet

Meski tantangannya besar, orang tua tetap bisa menjaga kedekatan dengan anak tanpa memberikan smartphone sejak dini. Dan ketika waktunya tiba untuk memberi mereka perangkat itu, strategi pengawasan yang cerdas dan konsisten akan menjadi kunci agar teknologi tidak menggantikan peran manusiawi: hubungan yang hangat antara orang tua dan anak.

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news