KLIKPOSITIF —Pekan Nan Tumpah 2025 didukung oleh Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya mengadakan gelar wicara bertajuk “MTN Ikon Inspirasi: Kolaborasi Seni Lintas Media” bersama Siko Setyanto yang berlokasi di Fabriek Padang, Koto Tangah, Tabing, Kota Padang, Sumatera Barat.
MTN Seni Budaya adalah program prioritas nasional yang dikelola Kementerian Kebudayaan. Program ini bertujuan untuk menjaring, mengembangkan, dan mempromosikan talenta seni budaya Indonesia secara terstruktur dan berkelanjutan, serta menghubungkan talenta dengan berbagai peluang pengembangan kapasitas dan akses pasar, baik nasional maupun global. Sebagai bagian dari MTN Seni Budaya, MTN IkonInspirasi hadir sebagai ruang bagi peserta untuk menyelami perjalanan kreatif seniman terkemuka sekaligus mendapatkan pengalaman langsung yang relevan dengan praktik seni masa kini.
Kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih 100 orang yang berasal dari sekolah, universitas, dan komunitas di Kota Padang. Agenda yang diselenggarakan pada pukul 13.30 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB membahas tentang bagaimana proses kerja Siko Setyanto sebagai seorang koreografer dan juga penari yang kerap berkolaborasi dengan seniman-seniman lintas media; visual artist, musisi, dan lain sebagainya. Siko mengawali paparannya tentang bagaimana kecintaannya terhadap jazz dan mimpinya menjadi rockstar, justru membawanya menjadi seperti saat sekarang ini. Kerja-kerja lintas media dan kolaborasi, sesungguhnya, telah menjadi bagian dari dirinya.
Selain itu, Siko juga bercerita tentang keterbatasan yang ia punya namun hal tersebut bukan sesuatu yang bisa membatasinya. “Sejak awal berkarya saya sudah merasa cukup berat karena saya bukan berasal dari keluarga yang kaya. Meski begitu, saya terbantu karena banyak orang di sekeliling saya yang memberikan support dan pelatihan untuk memperkaya pengetahuan saya.” Bagi Siko, tidak peduli bagaimana pun kondisinya, jika bisa terus semangat untuk terus berusaha memperkaya wawasan soal tubuh sendiri, terutama bagi penari, akan menemukan jalannya sendiri. Siko juga menekankan pentingnya soal kesadaran untuk berkolektif atau bekerjasama dengan orang lain yang juga membuka jalan lain terhadap perkembangan karya-karyanya.
Gelar wicara ini tidak hanya berlangsung satu arah. Pada sesi kedua, beberapa orang peserta juga diperkenankan untuk menanggapi paparan Siko. Raisa, salah seorang peserta dalam agenda ini menyampaikan bahwa semangat yang ingin ditularkan Siko dalam agenda gelar wicara ini cukup membuatnya ingin melakukan sesuatu yang lebih untuk mencapai sesuatu. Namun sebagai orang yang awam dalam kesenian, ia ingin lebih tahu bagaimana cara memahami kolaborasi seni visual, musik, tari, dan teater untuk mencapai suatu keindahan yang bisa memikat penonton dan dapat dipahami. Dan hal tersebut cukup terjawab dengan menghadiri kegiatan ini.
Kemudian Siko menjelaskan bahwa tugas seorang pekerja seni adalah harus menghidupkan ruang imajinasinya untuk menjadi nyata. Sisanya diserahkan kepada penonton untuk punya cara baca walaupun konteksnya seni rupa, teater atau pun tari. Sebagai penutup, Siko menyampaikan, “Izinkan dirimu untuk menjadi apa yang dirimu inginkan.”