Foto ilustrasi menu Makan Bergizi Gratis berupa mi ayam lengkap dengan sayur dan kerupuk pangsit serta buah. - dok - Harian Jogja
Harianjogja.com, SLEMAN—Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM, Profesor Sri Raharjo, merespons pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, yang menyebut kasus keracunan pangan (kerpang) pada menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sleman dan beberapa daerah lain di Indonesia disebabkan tingginya kadar nitrit. Raharjo menilai klaim tersebut perlu dibuktikan melalui serangkaian uji laboratorium terhadap kandungan nitrogen pada komoditas pertanian yang dikonsumsi.
Raharjo tidak menampik adanya hubungan antara penggunaan pupuk nitrogen berlebih dan potensi keracunan. Pupuk nitrogen yang diaplikasikan secara berlebihan dapat meningkatkan akumulasi nitrat pada tanaman, yang kemudian terkonversi menjadi nitrit.
Ia mencontohkan kasus menu melon di Bandung Barat. Menurutnya, melon dan keluarga cucurbitaceae lain seperti semangka dan mentimun merupakan tanaman yang sangat efisien menyerap nitrat dari tanah, terutama jika pemupukan berlebihan. Kondisi ini membuat tanaman tersebut berpotensi menjadi sumber keracunan nitrit.
Namun, ia belum mengetahui dasar Dadan menyebut Sleman sebagai daerah dengan kadar nitrit tinggi. Ia menduga pernyataan itu mungkin merujuk pada data pemantauan lahan pertanian dari Kementerian Pertanian atau Dinas Pertanian. Kemungkinan lainnya terkait laporan kasus methemoglobinemia atau gejala serupa di daerah tersebut.
Methemoglobinemia merupakan jalur toksikologi yang sudah terdokumentasi dalam literatur medis dan pertanian. “Untuk memastikan kebenarannya, perlu dilakukan pengukuran kadar nitrit pada sampel sayuran atau buah yang disajikan dalam menu,” kata Raharjo, Sabtu (22/11/2025).
Perlu Validasi
Menurut Raharjo, salah satu aspek penting yang perlu divalidasi adalah kondisi penyimpanan dan penanganan melon sebelum dikonsumsi. Agar bersifat toksik, nitrat dalam melon harus lebih dulu terkonversi menjadi nitrit. Konversi ini dapat terjadi di dalam tubuh, atau terjadi pada buah yang telah dipotong, disimpan lama, atau mulai membusuk sehingga memungkinkan aktivitas bakteri perusak.
Karena itu, diperlukan hasil uji laboratorium yang secara spesifik menunjukkan kadar nitrit tinggi pada sampel melon yang sama yang dikonsumsi korban keracunan.
“Kalau pupuk urea dan ammonium nitrat memang sudah lama digunakan, mengapa kasus keracunan massal jarang terjadi di Sleman dan daerah lain?” ujarnya.
Ia menyebut setidaknya ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan keracunan nitrit. Keracunan akut membutuhkan konsentrasi nitrit sangat tinggi dalam waktu singkat. Praktik pemupukan tak terkendali dapat menciptakan “titik panas” akumulasi nitrat pada tanaman tertentu.
Konversi nitrat menjadi nitrit dipercepat jika buah atau sayur disimpan dalam kondisi hangat dan lembap setelah dipotong. Tidak mencuci buah dengan bersih juga memungkinkan bakteri mengubah nitrat menjadi nitrit. “Ini kemungkinan yang menjadi pemicu utama dalam kasus MBG,” kata Raharjo.
Pada orang dewasa, gejala keracunan nitrit sering samar seperti mual ringan, sedangkan pada anak-anak gejala lebih signifikan.
Beda Gejala
Raharjo menegaskan gejala keracunan nitrit berbeda dengan keracunan bakteri patogen. Ia mencontohkan gejala pada tiga anak di Bandung Barat yang mengalami sesak napas dan kulit membiru, yang mengarah pada keracunan nitrit.
Jika gejalanya dominan muntah, diare, atau demam, maka sumber keracunan kemungkinan berasal dari bakteri patogen seperti E. coli atau Salmonella. Bisa juga terjadi keracunan campuran, yaitu makanan yang terkontaminasi bakteri sekaligus memiliki kadar nitrat tinggi.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman, Susmiarto, mengatakan belum dapat menanggapi klaim nitrit sebagai penyebab keracunan dalam program MBG. Ia menegaskan Pemkab Sleman mendorong praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan.
“Kami mendorong penggunaan pupuk organik agar tidak terus bergantung pada pupuk kimia,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

21 minutes ago
1

















































