KLIKPOSITIF – Di tengah kesibukan, tekanan pekerjaan, berita dunia yang membuat cemas, dan tanggung jawab pribadi yang terus bertambah, sangat mudah untuk kehilangan koneksi dengan kondisi batin kita sendiri.
Menurut Dr. Urszula Klich, psikolog klinis di Atlanta, banyak orang yang secara tidak sadar merasa “baik-baik saja” meskipun sebenarnya sedang beroperasi dalam mode autopilot — menenggelamkan diri dalam pekerjaan, terpaku pada media sosial, makanan, alkohol, atau bahkan tidur berlebihan sebagai bentuk pelarian.
Dilansir dari laman CNN, para ahli menyarankan kita meluangkan waktu untuk bertanya secara jujur pada diri sendiri “Apa kabar saya sebenarnya?”
Kesadaran Diri, Kunci Keseimbangan Mental
Menjaga kesadaran yang jernih terhadap kondisi kesehatan mental sangat penting untuk pencegahan dan keseimbangan, kata Klich. “Self-awareness memungkinkan kita mengenali stres atau ketidakseimbangan emosional lebih awal, sehingga bisa segera melakukan penyesuaian,” jelasnya.
Ia menambahkan, kesadaran diri merupakan bagian dari kecerdasan emosional — semacam literasi emosional untuk mengenali apa yang sedang kita rasakan.
“Memahami *mengapa* kita merasa seperti itu adalah bagian lain dari teka-teki, tapi langkah itu tidak bisa diambil jika kita tidak menyadari sedang mengalami masalah,” katanya.
Langkah pertama untuk mengenali kondisi mental sebenarnya tidak selalu rumit. Bisa dimulai dengan menyadari pengalaman sehari-hari, rutin menulis jurnal, atau berbicara dengan terapis.
Disisi lain, ada sejumlah faktor yang dapat membantu menilai kondisi kesehatan mental Anda.
1. Apakah Anda Baik-Baik Saja Secara Mental?
Tak seorang pun selalu merasa bahagia atau puas setiap waktu. Perasaan stres atau sedih sesekali akibat perubahan dalam kehidupan pribadi, pekerjaan, atau kondisi dunia merupakan hal yang normal. Perasaan ini bisa memengaruhi tidur, motivasi, atau suasana hati untuk sementara waktu, kata Klich.
Dr. Ken Duckworth, kepala medis di National Alliance on Mental Illness dan penulis buku *You Are Not Alone*, mengatakan bahwa ini adalah bagian dari kondisi manusia yang umum. Anda mungkin bisa mengatasinya sendiri — misalnya dengan berbicara pada teman, berolahraga ringan, menulis jurnal, atau menjalani kebiasaan sehat lainnya.
2. Tapi Jika Perasaan Itu Bertahan…
Namun, jika gejala bertahan lebih dari dua minggu dan mulai mengganggu fungsi harian serta kenikmatan hidup, inilah saatnya untuk lebih waspada. “Apalagi jika Anda mengalami beberapa gejala sekaligus, bukan hanya satu atau dua,” kata Theresa Nguyen, pekerja sosial klinis dan Kepala Riset di Mental Health America.
Menurut Duckworth, mengalami kecemasan karena hidup adalah hal yang manusiawi. Namun, jika Anda merasa tak mampu bangkit kembali, sulit mengasuh anak, tak bisa menyelesaikan pekerjaan, sulit bangun dari tempat tidur, enggan bersosialisasi, atau bahkan kesulitan makan — itu pertanda Anda perlu berbicara dengan dokter atau terapis.
Perhatikan juga jika orang-orang terdekat menyampaikan bahwa mereka melihat perubahan pada diri Anda. Nguyen menambahkan, “Masalah dalam hubungan pribadi sering kali menjadi pemicu utama yang mendorong seseorang menyadari adanya isu kesehatan mental.”
3. Apa yang Bisa Dilakukan?
Menurut Klich, Anda bisa mulai dengan mempertanyakan apakah Anda masih mampu menjalankan rutinitas harian seperti tidur teratur, makan cukup, beraktivitas di luar ruangan, dan berkomunikasi dengan orang lain. “Struktur bisa membantu menstabilkan fungsi harian,” jelasnya.
Ia juga menyarankan untuk melibatkan keluarga atau teman dekat agar bisa memberikan dorongan dan akuntabilitas. Penting juga untuk memeriksakan kondisi fisik, karena gangguan medis tertentu bisa meniru gejala gangguan mental.
4. Saat Gejalanya Sudah Parah
Tanda-tanda bahwa kondisi mental Anda sudah berada pada titik mengkhawatirkan antara lain:
* Kesulitan fungsi yang semakin parah
* Menelantarkan tanggung jawab terhadap orang-orang tercinta
* Menggunakan zat-zat tertentu untuk mengatasi stres
* Tidak menjaga kebersihan diri
* Munculnya pikiran atau perasaan putus asa yang terus-menerus
* Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain
* Munculnya gejala psikosis (halusinasi, delusi, kehilangan kontak dengan realitas)
“Jika gejala kesehatan mental sudah memasuki tahap serius, pertolongan profesional sangat penting,” ujar Klich. “Dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi persoalan hidup dan mati, atau setidaknya mengakibatkan kehancuran hubungan sosial dan kehidupan kerja.”
Klich menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh oleh psikiater atau psikolog, serta terapi dan pengelolaan obat jika diperlukan.

1 month ago
24


















































