Sejumlah pengendara melintas di jalan yang terdapat bangunan semipermanen untuk berdagang, Senin (8/12/2025). Bangunan semipermanen itu berdiri di barat Jembatan Kabanaran yang masuk wilayah administratif Kalurahan Banaran, Kulonprogo. Harian Jogja - Khairul Ma'arif.
Harianjogja.com, KULONPROGO—Sejumlah bangunan semipermanen bermunculan di barat Jembatan Kabanaran seiring ramainya masyarakat yang datang ke lokasi tersebut.
Bangunan yang mayoritas terbuat dari kayu dan bambu itu digunakan pedagang untuk menjual makanan dan minuman pada sore hari. Beberapa PKL juga mulai membuat stand berbahan seng dan baja ringan untuk menarik perhatian pengunjung.
Lurah Banaran Haryanta menyebut pertumbuhan bangunan itu dilakukan secara inisiatif tanpa mengikuti penataan ruang. Untuk mengantisipasi penertiban, pemerintah kalurahan telah membentuk Paguyuban PKL dan menyiapkan opsi relokasi di lahan milik PU di sisi utara dan selatan jembatan.
Dari pantauan Harianjogja.com di lokasi, Senin (8/12/2025) bangunan semipermanen itu mayoritas menggunakan kayu atau bambu. Baik itu untuk rangkanya sampai atapnya mayoritas menggunakan kayu bambu yang bentuknya masih bulat. Sedangkan atapnya menggunakan terpal agar tidak kehujanan dan kepanasan.
Sejumlah bangunan semipermanen ini juga dilengkapi dengan spanduk mencirikan identitas makanan atau minuman yang dijualnya. Namun ada juga bangunan pedagang yang berbahan seng atau baja ringan yang biasa disebut stand kontainer.
"Adanya potensi ekonomi yang cukup menjanjikan, untuk orang membuat bangunan semipermanen meningkat di badan jalan barat Jembatan Kabanaran," ujar Lurah Banaran Haryanta saat dikonfirmasi, Senin (8/12/2025).
Menurutnya, bangunan semipermanen itu milik para PKL yang berasal dari Kalurahan Banaran sendiri dan di luar itu.
Haryanta menjelaskan, memang bangunan semipermanen itu dibangun atas inisiatif sendiri sehingga secara liar saja. Bukan berdasarkan penataan ruang yang seharusnya dilakukan.
"Suatu ketika mereka [PKL] ada penertiban, kami mengantisipasi itu dibentuk kepengurusan Paguyuban PKL sudah sekitar dua bulan lalu terbentuk," ujarnya.
Haryanta mengatakan, kehadiran Paguyuban PKL ini untuk memudahkan koordinasi ketika ada penertiban. Menurutnya, sudah disampaikan ke pihak-pihak berwenang di atasnya bahwa ada tempat relokasi yang bisa dimanfaatkan di sekitar Jembatan Kabanaran. Titik tersebut berada di sisi utara atau selatan Jembatan Kabanaran ada lahan PU yang bisa dikelola untuk relokasi PKL apabila yang sekarang ditertibkan.
"Termasuk terkait sampah komunikasi dengan lingkungan hidup, kami berharap nanti ada penempatan sampah di sekitar lokasi untuk dikumpulkan dan diambil," ujarnya.
Komunikasi dengan stakeholder terkait mengenai situasi masifnya bangunan semipermanen yang digunakan untuk berjualan. Penghasilan pedagang yang berada di wilayahnya naik turun ada yang merasa sudah melebihi omzet tetapi ada juga yang menganggapnya masih pas-pasan.
Bangunan semipermanen yang digunakan untuk berjualan ini di barat Jembatan Kabanaran belum terlampau lama berdiri. Pasalnya operasional Jembatan Kabanaran ini memang baru beberapa bulan terakhir saja.
"Memang ada bangunan semipermanen untuk berjualan itu sejak tiga pekan terakhir ini," ucap Ketua Paguyuban PKL, Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

2 hours ago
2
















































