Ilustrasi Sarjana (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Laporan terbaru dari Federal Reserve Bank of New York memaparkan daftar jurusan kuliah dengan tingkat pengangguran tertinggi tahun 2025, menyoroti perbedaan tajam antara bidang studi humaniora dan teknologi dalam hal peluang kerja dan potensi pendapatan.
Analisis ini didasarkan pada Survei Komunitas Amerika (American Community Survey) 2023 yang dilakukan oleh Biro Sensus AS, mencakup 73 jurusan dan kelompok bidang studi berbeda. Fokus penelitian tertuju pada lulusan perguruan tinggi baru berusia antara 22 hingga 27 tahun, sebagai representasi kondisi pasar kerja bagi angkatan kerja muda berpendidikan tinggi.
Dari seluruh jurusan yang dianalisis, 28 jurusan memiliki tingkat pengangguran di atas rata-rata nasional bagi lulusan baru, yakni 3,6%.
Jurusan Antropologi menduduki posisi tertinggi dengan tingkat pengangguran 9,4%, disusul oleh Fisika di angka 7,8%.
Bidang lain yang juga memiliki tingkat pengangguran tinggi antara lain Sejarah Seni, Desain, dan Teknologi Informasi, serta beberapa disiplin ilmu sosial seperti Sosiologi dan Studi Komunikasi.
Para peneliti menilai, jurusan dengan orientasi teoritis dan riset cenderung memiliki tingkat pengangguran lebih tinggi karena kompetisi kerja yang ketat serta terbatasnya lapangan pekerjaan yang secara langsung relevan dengan keahlian akademis mereka.
Meski jurusan komputer dan teknik komputer juga tercatat memiliki tingkat pengangguran di atas rata-rata nasional, laporan tersebut menegaskan bahwa lulusan bidang ini tetap paling diminati industri.
Alasannya, sebagian besar lulusan di bidang teknologi tetap bekerja pada posisi yang sesuai dengan gelar mereka berbeda dengan lulusan antropologi atau seni yang sering harus berpindah ke bidang lain untuk menemukan pekerjaan.
Selain itu, lulusan ilmu komputer dan teknik kimia juga menempati posisi teratas dalam hal median upah tertinggi untuk tahap awal karier, yaitu sekitar US$ 80.000 per tahun.
Sementara untuk lulusan tingkat menengah, median upah mereka telah menembus enam digit atau lebih dari US$ 100.000 per tahun, menjadikan dua jurusan ini paling stabil secara ekonomi.
Kepala ekonom Glassdoor, Daniel Zhao, menjelaskan bahwa meski angka pengangguran lulusan ilmu komputer tampak tinggi, kenyataannya sebagian besar dari mereka tidak meninggalkan bidangnya.
“Jika kita melihat tingkat pengangguran yang tinggi tetapi tingkat setengah pengangguran (underemployment) yang rendah, itu menandakan lulusan bidang komputasi kemungkinan besar sedang menunggu pekerjaan pertama mereka di bidang tersebut,” ujar Zhao dilansir Business Insider, Sabtu (08/11).
“Mereka tahu betapa menjanjikannya karier di sektor teknologi, jadi mereka lebih memilih menunggu pekerjaan yang sesuai ketimbang berpindah bidang.”
Zhao juga menekankan bahwa bidang teknologi dan teknik masih menjadi investasi pendidikan paling rasional, terutama di tengah pesatnya transformasi digital global.
Laporan ini juga mengungkapkan kesenjangan yang semakin lebar antara minat mahasiswa terhadap jurusan humaniora dan kebutuhan pasar tenaga kerja yang lebih condong ke teknologi, data, dan rekayasa industri.
Menurut analisis lembaga tersebut, banyak mahasiswa masih memilih jurusan berbasis minat pribadi ketimbang prospek ekonomi jangka panjang. Akibatnya, sebagian lulusan kesulitan menyesuaikan diri dengan tren kebutuhan industri yang kini didominasi oleh keterampilan digital, data science, dan kecerdasan buatan (AI).
“Masalah utamanya bukan pada jurusan itu sendiri, tetapi pada ketidakseimbangan antara jumlah lulusan dan permintaan pasar,” tulis laporan itu.
“Misalnya, kebutuhan akan tenaga ahli data dan software engineer terus meningkat, sementara jumlah lulusan di bidang tersebut belum mencukupi.”
Laporan Federal Reserve New York ini juga menyinggung dampak pandemi COVID-19 terhadap pola kerja global. Banyak pekerjaan yang beralih ke sistem digital dan jarak jauh, mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja di bidang teknologi, analisis data, dan keamanan siber.
Sebaliknya, pekerjaan yang membutuhkan interaksi fisik tinggi atau bergantung pada kegiatan lapangan seperti riset sosial dan arkeologi, masih kesulitan pulih secara penuh.
Berikut tingkat pengangguran tertinggi untuk lulusan baru berdasarkan jurusan mengutip Business Insider:
1. Antropologi 9,4%
2. Fisika 7,8%
3. Teknik Komputer 7,5%
4. Seni Komersial dan Desain Grafis 7,2%
5. Seni Rupa 7,0%
6. Sosiologi 6,7%
7. Kimia 6,1%
8. Ilmu Komputer 6,1%
9. Sistem Informasi dan Manajemen 5,6%
10. Kebijakan Publik dan Hukum 5,5%
11. Seni Liberal 5,3%
12. Teknologi Lain-lain 5,0%
13. Bahasa Inggris 4,9%


















































