Harianjogja.com, JAKARTA-Gempa yang terjadi di Myanmar pada Jumat (28/3/2025) menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan. Imbas bencana alam itu, gerakan perlawanan utama terhadap junta militer Myanmar telah mengumumkan gencatan senjata parsial secara sepihak untuk membantu upaya penyelamatan setelah gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter melanda negara itu. Melansir Euronews pada Senin (31/3/2025), Pemerintah Persatuan Nasional, yang mengoordinasikan perjuangan melawan junta militer yang berkuasa sejak 2021, telah mengatakan bahwa sayap bersenjatanya, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) akan menghentikan operasi militer ofensif mulai Minggu di wilayah yang terkena dampak gempa bumi.
Jumlah korban tewas di Myanmar akibat gempa berkekuatan 7,7 skala Richter pada Jumat pekan lalu itu telah meningkat menjadi sekitar 1.700 jiwa, menurut keterangan junta militer yang berkuasa. Gempa tersebut mengguncang kota Mandalay di Myanmar tengah sekitar tengah hari waktu setempat, menyebabkan kerusakan besar di sebagian besar wilayah salah satu negara termiskin di dunia.
BACA JUGA : Didampingi Mbak Titik dan Didit, Prabowo Ucapkan Selamat Hari Raya Idulfritri
Pihak berwenang mengatakan 2.376 orang terluka, dan 30 lainnya hilang. Tingkat kematian, cedera, dan kerusakan belum jelas – khususnya di Myanmar, yang terlibat dalam perang saudara, dan di mana informasi dikontrol ketat. “Jumlah korban tewas dan cedera diperkirakan akan meningkat,” kata kepala pemerintahan militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing saat mengumumkan jumlah korban tewas terbaru di televisi.
Sementara itu, dilansir dari BBC, sebanyak empat orang berhasil diselamatkan dari reruntuhan gempa Myanmar, hampir 60 jam terjadinya bencana tersebut. Para korban berhasil diselamatkan dari gedung sekolah yang runtuh di wilayah Sagaing utara, tempat sebuah jenazah juga ditemukan, kata dinas pemadam kebakaran Myanmar.
Ratusan orang masih hilang, sementara upaya pencarian dan penyelamatan yang putus asa terus berlanjut pada hari Senin di Myanmar dan negara tetangga Thailand. Jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 18 orang di Ibu Kota Thailand, Bangkok, tempat 76 pekerja masih hilang setelah runtuhnya gedung tinggi yang sedang dibangun. Meskipun upaya penyelamatan telah berlangsung sejak Jumat, dan bantuan internasional mulai mencapai Myanmar, terjadi keterlambatan dalam mencapai daerah yang paling parah terkena dampak, sehingga penduduk setempat harus berusaha mengeluarkan korban dengan tangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis com