Harianjogja.com, JOGJA—Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat pada Oktober 2025, DIY mengalami inflasi sebesar 0,42% secara bulanan (month-to-month/mtm). Secara tahunan (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 2,90%, dan secara tahun kalender (year-to-date/ytd) inflasi mencapai 2,18%.
Statistisi Utama BPS DIY, Sentot Bangun Widoyono, mengatakan berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi Oktober 2025 secara bulanan paling besar didorong oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 2,80% yang menyumbang andil 0,19%. Menurutnya, kenaikan inflasi kelompok ini utamanya didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan.
Ia menjelaskan, kelompok kedua disumbang oleh makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 0,53% dengan andil 0,14%. Sementara itu, kelompok pengeluaran yang menahan laju inflasi pada Oktober 2025 adalah kesehatan, yang mengalami deflasi 0,28% dan menekan inflasi sebesar 0,01%.
"Kelompok lain yang mengalami kenaikan cukup besar adalah pendidikan, di mana terjadi kenaikan biaya akademi dan perguruan tinggi," ujarnya pada Senin (3/11/2025).
Sentot menyampaikan, andil komoditas pendorong inflasi Oktober 2025 secara bulanan adalah:
- Emas perhiasan: andil 0,19%
- Akademi/perguruan tinggi: andil 0,05%
- Telur ayam ras dan cabai merah: masing-masing andil 0,04%
- Jeruk, beras, dan buncis: masing-masing andil 0,02%
- Apel, kontrak rumah, dan salak: masing-masing andil 0,01%
"Kenaikan pada kontrak rumah akibat demand di awal tahun ajaran perguruan tinggi," jelasnya.
Dia menambahkan, komoditas penghambat inflasi (deflasi) Oktober 2025 secara bulanan adalah:
- Bayam: andil deflasi 0,03%
- Tomat, terong, cabai rawit, kacamata plus, dan kacamata minus: masing-masing andil deflasi 0,01%
Lebih lanjut, inflasi Oktober 2025 secara tahunan sebesar 2,90% utamanya didorong oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 4,46% dengan andil 1,22%. Kelompok ini disusul oleh perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 12,66% dengan andil 0,79%.
Secara spasial, Kota Jogja mencatat inflasi tertinggi, yaitu 0,59% (mtm) dan 3,25% (yoy). Sementara itu, Kabupaten Gunungkidul mencatat inflasi 0,28% (mtm) dan 2,61% (yoy). Menurutnya, kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas konsumsi masyarakat masih tumbuh positif menjelang akhir tahun. Namun, tekanan harga dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, terutama komoditas emas perhiasan, perlu diwaspadai.
"Karena berpotensi meningkatkan inflasi di bulan-bulan mendatang," lanjutnya.
Sementara itu, secara nasional, Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa pada Oktober 2025 terjadi inflasi 0,28% (mtm). Angka ini menunjukkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,74 pada September 2025 menjadi 109,04 pada Oktober 2025.
"Secara year on year (yoy) terjadi inflasi sebesar 2,86%, dan secara tahun kalender (ytd) terjadi inflasi 2,10%," ucapnya.
Menurutnya, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar secara nasional juga adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi sebesar 3,05%, memberikan andil inflasi sebesar 0,21%. Komoditas dominan pendorong inflasi dari kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi 0,21%.
Lalu, kata Pudji, komoditas penyumbang inflasi lainnya adalah:
- Cabai merah: andil inflasi 0,06%
- Telur ayam ras: andil inflasi 0,04%
- Daging ayam ras: andil inflasi 0,02%
"Komoditas yang memberikan andil deflasi pada Oktober adalah bawang merah dan cabai rawit dengan andil masing-masing 0,03%, kemudian tomat 0,02%, dan komoditas lain seperti beras, kacang panjang, dan cabai hijau dengan andil deflasi masing-masing 0,01%," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

8 hours ago
4
















































