Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). (Freepik)
JAKARTA—Kebutuhan energi di Indonesia berpotensi dipasok dari energi nuklir. Laporan terbaru berjudul The Role of Nuclear Energy in Powering Universal Energy Abundance for Emerging Economies yang dirilis The Rockefeller Foundation mengungkap bahwa teknologi nuklir canggih dapat membantu Indonesia memenuhi lonjakan kebutuhan listrik.
Kehadiran teknologi nuklir juga diperkirakan bakal memperkuat ketahanan energi serta mendukung agenda industrialisasi. Riset yang dilakukan Bayesian Energy dan didukung oleh The Rockefeller Foundation ini menyajikan model evolusi sistem kelistrikan untuk periode 2025–2050 di delapan negara berkembang.
Di Indonesia, meskipun potensi energi surya dan angin sangat besar, kebutuhan akan penyimpanan energi melonjak tajam dalam skenario bauran energi terbarukan yang tinggi. Menurut laporan ini, mengintegrasikan energi nuklir dapat membantu mengurangi tekanan pada jaringan listrik, menekan biaya sistem, serta menyediakan pasokan energi bersih yang stabil dan terkendali saat produksi energi terbarukan sedang rendah.
Secara garis besar, laporan tersebut menyoroti bahwa Indonesia berpotensi mengembangkan kapasitas nuklir sebesar 25–51 gigawatt (GW) pada 2050 yang mampu menyuplai sekitar 12–27% kebutuhan listrik nasional. Integrasi energi nuklir ini diestimasi mampu menurunkan total biaya sistem sebesar 3–13% jika dibandingkan pemodelan yang hanya mengandalkan energi terbarukan.
Pada saat yang sama, teknologi nuklir canggih dapat mengurangi kebutuhan pembangunan infrastruktur transmisi dan penyimpanan energi dalam transisi menuju net zero emission, sekaligus menyediakan pasokan baseload yang stabil dan bersih untuk mendukung kawasan industri, proses elektrifikasi, serta peningkatan kapasitas manufaktur baru.
“Pemodelan ini menunjukkan peluang besar bagi Indonesia, di mana energi nuklir generasi berikutnya dapat menyuplai lebih dari seperempat kebutuhan listrik nasional pada 2050, sekaligus menurunkan biaya sistem hingga 13%,” ujar Deepali Khanna, Senior Vice President and Head of Asia, The Rockefeller Foundation, dikutip dari siaran pers, Jumat (5/12/2025).
“Filantropi dapat membantu mempercepat transisi ini melalui penguatan pelibatan publik, dukungan pada struktur pembiayaan tahap awal, pengembangan kapasitas regulasi, serta mendorong kerja sama internasional untuk penerapan energi nuklir yang bertanggung jawab,” tambahnya.
Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia membutuhkan kapasitas energi dalam jumlah besar dan stabil untuk mendukung pertumbuhan industri, produksi kendaraan listrik, pengembangan pusat data, serta transportasi berbasis listrik.
Laporan ini menunjukkan bahwa pengembangan energi nuklir, jika berjalan beriringan dengan pengembangan energi terbarukan, dapat membantu Indonesia mencapai target listrik bersih jangka panjang, sekaligus mengurangi ketergantungan pada sistem Laporan ini menguatkan potensi penggunaan energi nuklir untuk memasok kebutuhan energi di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI

1 hour ago
3

















































