Harianjogja.com, KULONPROGO—Jumlah anak tidak sekolah (ATS) usia sekolah menengah atas (SMA) di Kulonprogo masih cukup banyak. Berdasar data Balai Pendidikan Menengah (Dikmen) Kulonprogo, angkanya mencapai 329 anak.
Kini, Balai Dikmen memvalidasi dan memverifikasi jumlah tersebut agar keabsahannya bisa dipertanggungjawabkan. “Kami masih memverifikasi data tersebut untuk tahap kedua,” ujar Kepala Seksi Layanan Dikmen Balai Dikmen Kulonprogo, Fajrina Sulistiyani, Kamis (3/7).
Menurutnya, dalam data 329 tersebut, masih terdapat anak yang berada di pondok pesantren tetapi masuk data ATS. Hal ini terjadi lantaran adanya kesalahan dalam penginputan data. Menurutnya, angka 329 masih dinamis, baik berkurang atau bahkan meningkat. Pendataan yang dilakukan terhadap 329 anak tersebut hanya khusus untuk usia SMA/SMK.
“Kami juga menyinkronkan data Pusat Data dan Teknologi Informasi [Pusdatin] dengan data di lapangan. Sebab, data di Pusdatin ketika kami kroscek di lapangan ada pergeseran,” katanya. Ada juga ketidaksesuai, padahal seorang anak itu sekolah, tetapi di Pusdatin dianggap tidak sekolah.
Agar anak tetap bisa sekolah, Pemda DIY menyiapkan beasiswa. Besaran beasiswa yang didapatkan satu anak Rp3 juta untuk satu tahun. “Di Kulonprogo sudah pernah ada penerima beasiswa, dan dua anak sekarang bersekolah di SMA Sanjaya dan SMA Girimulyo,” katanya.
Fajrina mengungkapkan, faktor anak tidak sekolah di Kulonprogo dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya karena kondisi disabilitas. Ada juga karena faktor tidak ingin bersekolah lebih senang bekerja lantaran mendapatkan penghasilan.
“Malas belajar mending cari uang,” jelasnya. Dia menilai pendataan ini tentunya akan menjadi penting untuk diajukan sebagai penerima beasiswa. Dengan demikian akses pendidikan bisa didapatkan oleh berbagai lapisan masyarakat sehingga tidak ada lagi kasus anak tidak sekolah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News