Kasus Bom Siswa Tak Bisa Langsung Dikaitkan dengan PUBG

3 days ago 5

Harianjogja.com, JOGJA—Pakar Psikologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Suciati mengingatkan bahwa perilaku merakit bom tak bisa disimpulkan sebagai dampak PUBG tanpa analisis mendalam terhadap kondisi remaja.

Kasus ledakan SMAN 72 Jakarta yang pelakunya pelajar setempat membuat pemerintah berencana membatasi akses game PUBG. Langkah itu disebut sebagai upaya meredam potensi agresivitas remaja yang diduga berkaitan dengan pengaruh gim daring. Namun Prof. Dr. Suciati mengingatkan bahwa pemerintah tidak boleh tergesa-gesa mengaitkan insiden tersebut dengan PUBG tanpa kajian secara menyeluruh.

"Apakah benar tindakan itu terjadi akibat PUBG? Apa hubungannya bom dengan PUBG? Apakah pengakuan anak itu cukup untuk dijadikan dasar? Kalau pun benar ia kecanduan, tetap saja muncul pertanyaan lain: apakah penyebabnya sesederhana itu?," katanya sebagaimana rilis yang diterbitkan UMY, Selasa (18/11/2025).

Menurutnya tindakan merakit bom tidak bisa langsung disamakan dengan agresivitas yang mungkin dipicu permainan video. Kasus tersebut membutuhkan penyelidikan mendalam, termasuk kemungkinan adanya faktor sosial, psikologis, atau lingkungan yang turut berkontribusi.

Ia berpendapat game seperti PUBG tidak selamanya berdampak negatif. Banyak aspek positif yang sering terabaikan ketika masyarakat terlalu fokus pada dampak buruk game. Pasalnya dalam berbagai penelitian menunjukkan permainan digital dapat meningkatkan konsentrasi, kemampuan visual-spasial, koordinasi mata–tangan, serta membantu meredakan stres.

"Kalau tidak kecanduan, justru banyak manfaatnya. Ada kompetisi internasional, ada pengembangan fokus dan keterampilan motorik, bahkan bisa membantu menghilangkan kejenuhan. Sisi negatif muncul ketika seseorang kecanduan: prestasi turun, tidak fokus di kelas, demotivasi, agresif, dan bisa berdampak ke fisik maupun mental,” ucapnya.

Ia menyarankan terpenting adalah mengendalikan penggunaan game, bukan langsung melarang atau membatasi tanpa dasar kuat. Oleh karena itu pendampingan keluarga memainkan peran penting. Pasalnya orang tua menjadi aktor paling penting dalam mencegah kecanduan, karena waktu interaksi terbesar anak ada di lingkungan rumah.

Akan tetapi Suci menyatakan tidak menutup kemungkinan pemerintah dapat mengambil langkah pembatasan jika game benar-benar terbukti berbahaya atau jadi pemicu masalah sosial signifikan. Regulasi, sanksi, hingga pemblokiran bisa saja dilakukan, tetapi semuanya harus berbasis bukti dan kajian yang matang. "Tetapi, catatan kami jangan sampai ada kebijakan yang terburu-buru dan justru mengabaikan akar masalah sebenarnya,” katanya.

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news