Harianjogja.com, SLEMAN—Wakil Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Ardyanto Fitrady mengatakan konflik sejumlah negara di dunia dapat berdampak pada harga energi di Indonesia.
Konflik beberapa negara di luar Indonesia disebut ekonom UGM tersebut bisa membuat harga energi di Indonesia naik. "Mungkin dampaknya terhadap Indonesia yang sifatnya langsung pastinya harga ya. Harga energi itu pasti ada naik kalau terjadi perang," ungkap kata pria yang akrab disapa Arfie itu di Kantor PSE UGM pada Senin (30/6/2025).
Ketika terjadi konflik di Timur Tengah atau dimanapun, harga energi kata Arfie kemungkinan akan terdampak. "Termasuk kemarin Rusia dan yang masih langsung juga Rusia dan Ukraina. Itu kan harga-harga energi naik semua," tegasnya.
Permintaan akan energi di Indonesia bisa jadi sebenarnya normal saja sebut Arfie. Namun karena terjadi konflik di negara tertentu, suplai energi yang ada di pasar disebut Arfie selanjutnya menjadi terbatas.
Selain itu, harga energi lanjut Arfie bisa naik karena jalur suplai dialihkan, sehingga biaya yang dikeluarkan jadi naik. Muaranya sama kata Arfie, harga energi ketika sampai ke Indonesia jadi mahal.
"Mungkin suplai yang kemudian lewat di jalur-jalur tersendat itu kan jadi mahal nanti kalau mereka harus mengalihkan jalur distribusinya. Transportasi untuk bahan bakarnya, kemudian butuh biaya transportasi lebih mahal dan nanti harganya juga jadi lebih mahal," tandasnya.
BACA JUGA: Pakar Energi UGM Sebut Konflik Iran-Israel Berdampak ke Ekonomi Indonesia
Meskipun Indonesia tidak mengambil langsung sumber energi dari negara berkonflik, namun kata Arfie biaya yang digunakan untuk mengimpor energi bisa bertambah karena energi yang diimpor harus melewati jalur lain.
"Intinya secara total di dunia ini kan kemudian secara global nanti harganya naik semua," ungkapnya.
Beberapa energi yang berpotensi berdampak suplainya bagi Indonesia jika terjadi konflik di luar negeri yakni BBM dan gas. Meskipun energi lanjut Arfie sifatnya memiliki banyak substitusi. Jadi kalau harga energi yang satu turun, yang lain bisa jasi naik.
"Artinya kalau sekarang minyaknya enggak ada, kita ganti gas. Gasnya enggak ada, kita ganti batu bara, kayak gitu kan. Jadi sebenarnya karena substitusi itu di kita, jadi semuanya juga ikut terdampak," ungkapnya.