iPhone 17. / Apple
Harianjogja.com, JOGJA— Keputusan Angkatan Bersenjata Israel (IDF) untuk membatasi penggunaan ponsel berbasis Android di kalangan perwira senior menimbulkan pertanyaan besar atas klaim keamanan tinggi yang terus digaungkan Google. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya ancaman siber yang menargetkan pejabat Israel.
Menurut laporan Radio Militer Israel yang dikutip The Jerusalem Post, perwira dengan pangkat letnan kolonel ke atas hanya diizinkan menggunakan iPhone untuk komunikasi resmi. Forbes mengungkapkan, kebijakan ini bertujuan meminimalkan risiko intrusi pada perangkat pejabat tinggi militer.
Ancaman siber terhadap personel Israel bukanlah hal baru. Bahkan sebelum konflik Timur Tengah meluas pada Oktober 2023, telah ada laporan serangan "honeypot" yang menyasar tentara Israel untuk membahayakan perangkat dan mencuri data sensitif, termasuk lokasi pasukan.
Kebijakan IDF ini terasa ironis mengingat baru-baru ini Google mengumumkan masuknya Pixel—produk andalannya yang berbasis Android—ke dalam daftar persetujuan Jaringan Informasi Departemen Pertahanan AS (DoDIN). Google menyatakan bahwa Pixel dibangun dengan "fondasi ketahanan yang siap misi" dan berkomitmen menyediakan teknologi aman bagi lembaga federal.
Sebelumnya, hanya iPhone dan Samsung yang tersertifikasi dalam daftar DoDIN. Google mengklaim Pixel memiliki peringkat keamanan tertinggi, memungkinkan pegawai pemerintah bekerja aman dari lokasi terpencil sekalipun.
Namun, keputusan IDF seakan mengabaikan klaim tersebut. Langkah pembatasan ini merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk mengencangkan protokol keamanan digital di militer, termasuk pelatihan kesadaran siber dan simulasi serangan honeypot yang meniru modus operandi kelompok seperti Hizbullah.
Israel National News melaporkan bahwa pedoman baru ini kemungkinan akan melarang penggunaan perangkat Android untuk keperluan operasional atau komando, meski masih diizinkan untuk penggunaan pribadi.
Langkah IDF ini juga muncul di tengah laporan Ynet News tentang kampanye siber baru Iran yang menargetkan pejabat Israel melalui rekayasa sosial canggih. Badan Digital Nasional Israel mengungkap kampanye spionase 'SpearSpecter' yang dikaitkan dengan Garda Revolusi Iran, yang menggunakan umpan WhatsApp, peniruan identitas, dan backdoor PowerShell untuk menyasar tokoh senior pertahanan dan pemerintahan.
Kelompok tersebut disebut telah beralih dari serangan luas ke operasi spionase yang sangat tertarget berbasis rekayasa sosial.
Kebijakan IDF ini menyoroti kompleksitas perdebatan keamanan ekosistem mobile. Meskipun Google telah menguatkan pertahanan Android, termasuk dengan rencana pembatasan sideloading mulai tahun depan, lingkungan sistem tertutup (walled garden) seperti iOS masih dianggap lebih unggul oleh sebagian kalangan dalam konteks ancaman tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

1 hour ago
1
















































