Rasa Aman Mahasiswa Rantau di Jogja Berkat BPJS Kesehatan

9 hours ago 4

Rasa Aman Mahasiswa Rantau di Jogja Berkat BPJS Kesehatan Irene Pinaringan, 22, mahasiswi asal Kediri domisili Jogja yang merasa aman soal perlindungan kesehatan meski jauh di perantauan karena terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, Kamis (8/5 - 2025)

JOGJA–Menjadi mahasiswa perantau sering kali diiringi dengan kekhawatiran, terutama dalam hal kesehatan. Namun, hal itu tak terlalu dirasakan Irene Pinaringan, 22, mahasiswa asal Kediri, Jawa Timur, yang kini berdomisili di Jogja. Statusnya sebagai peserta BPJS Kesehatan mandiri membuatnya merasa lebih tenang jauh dari keluarga.

Irene, yang saat ini sedang menempuh pendidikan profesi apoteker mengaku sangat membantu terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan di tengah keterbatasan sebagai perantau. “Karena saya tinggal jauh dari orang tua di Kediri dan sekarang menetap di Jogja, keberadaan BPJS ini sangat penting buat saya. Kalau ada apa-apa, saya tahu saya punya perlindungan,” ujarnya, Kamis (8/5/2025). 

Awalnya, Irene terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan melalui kantor tempat ayahnya bekerja. Namun karena status kepesertaan tersebut mensyaratkan surat keterangan aktif kuliah dan ia tidak sempat mengurusnya, kepesertaannya sempat dinonaktifkan. Akibatnya, ia sempat merasakan langsung sulitnya mengakses layanan kesehatan saat tak memiliki jaminan.

“Sempat was-was juga waktu BPJS saya nonaktif. Waktu itu saya sakit, harus ke rumah sakit tapi nggak punya jaminan kesehatan, jadi keluar biaya sendiri. Lumayan terasa juga,” jelasnya.

Kini, Irene telah mendaftarkan diri sebagai peserta mandiri BPJS Kesehatan kelas I. Dengan iuran sekitar Rp150.000 per bulan, ia menganggap biaya tersebut sebanding dengan manfaat yang didapatkan. “Menurut saya itu sesuai. Di dunia kesehatan, saya tahu sendiri berapa mahalnya obat dan pelayanan medis. Jadi daripada nanti boncos karena biaya berobat, lebih baik investasi lewat BPJS,” tutur Irene.

Ia juga sempat menjalani rawat inap akibat gangguan pencernaan tahun lalu. Meskipun BPJS sempat nonaktif di awal tahun, pada pertengahan tahun ketika sudah aktif kembali, ia menggunakan fasilitas tersebut untuk perawatan tiga hingga empat hari di rumah sakit.

“Waktu itu saya muntaber karena makan sembarangan. Pelayanannya bagus, saya dapat kamar dua bed, bersih dan nyaman, dan yang paling penting, semuanya dicover BPJS tanpa bayar sama sekali,” jelasnya.

Sebagai mahasiswa kesehatan, Irene mengaku memahami seluk-beluk dunia medis, termasuk kompleksitas dan biaya tinggi dalam layanan rumah sakit. Karena itu, ia menilai BPJS sangat membantu, terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki asuransi kesehatan.

“Bayangkan kalau harus bayar sendiri. Biaya dokter, rawat inap, obat-obatan—itu semua bisa sangat mahal. Jadi menurut saya, BPJS ini penting sekali, apalagi untuk mahasiswa yang jauh dari orang tua,” tambahnya.

Irene berharap agar mahasiswa lain, terutama yang merantau, bisa lebih sadar pentingnya memiliki perlindungan kesehatan. “Kita nggak tahu kapan akan sakit. Yang penting, kita siap. BPJS bisa jadi salah satu bentuk kesiapan itu,” pungkasnya. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news