Harianjogja.com, BANTUL—Tingkat keterisian kamar (okupansi) hotel di Bantul selama libur Lebaran mencapai 70-80%. Capaian tersebut belum sesuai dengan target PHRI Bantul tahun ini.
Ketua PHRI Bantul, Yohanes Hendra menuturkan okupansi tersebut tidak sesuai dengan target PHRI Bantul yang mencapai 90%. Hendra menilai target okupansi tersebut tidak tercapai lantaran daya beli masyarakat menurun.
"Karena perkonomian sedang tidak baik, kunjungan ke Jogja saja berkurang, destinasi [wisata] banyak yang tidak sesuai target kunjungan. Penurunan daya beli ini berpengaruh juga ke okupansi," katanya, Minggu (6/4/2025).
BACA JUGA: Long Weekend Hotel di Jogja Fully Booked, Wisatawan Mulai Incar Bantul
Hendra mengaku okupansi hotel di Bantul yang mencapai 70-80% terjadi pada 1-6 April 2025. Kemudian, setelah 6 April 2025, terjadi penurunan okupansi hotel dengan berakhirnya libur Lebaran 2025. "Beberapa [wisatawan] sudah check out per hari ini, reservasi turun," katanya.
Hendra mengaku saat okupansi hotel mencapai 80%, sempat terjadi kenaikan biaya sewa kamar. Rata-rata kenaikannya mencapai 5-10%. "Kami tidak berani tinggi [menaikkan harga sewa]. Kita naikkan harga, tetapi [khawatirnya] daya belinya tidak mampu," katanya.
Hendra mengaku reservasi untuk libur Lebaran tersebut sebagian besar mulai dilakukan pada sebulan sebelum libur Lebaran, beberapa di antaranya mendekati musim libur. Menurutnya seluruh hotel dan penginapan di Bantul terisi saat Libur Lebaran baik yang berbintang maupun nonbintang meski jumlahnya tak sesuai target.
BACA JUGA: Okupansi Hotel di Sleman Selama Libur Natal dan Tahun Baru Tidak Mencapai 100 Persen
Meski begitu Hendra masih menyayangkan lama tinggal wisatawan atau length of stay (LoS) wisatawan yang masih mencapai 1-2 hari. Hendra mengaku wisatawan biasanya melanjutkan kunjungan ke daerah lain setelah menginap di Bantul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News