Rapat Koordinasi BPP IKA UIN Alauddin (Dok: Sinta KabarMakassar).KabarMakassar.com — Dukungan akademik terhadap diplomasi Presiden RI Prabowo Subianto dalam upaya penyelesaian krisis Gaza terus menguat.
Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UIN Alauddin Makassar menyatakan kesiapannya mengerahkan kekuatan keilmuan kampus untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai motor perdamaian dunia Islam.
Pernyataan dukungan itu disampaikan dalam Rapat Koordinasi BPP IKA UIN Alauddin yang digelar di Hotel UIN Alauddin, Sabtu (15/11).
Ketua Umum BPP IKA UIN Alauddin Makassar, Idrus Marham, menegaskan bahwa kepemimpinan Prabowo memiliki pondasi moral dan keberanian yang dibutuhkan dalam memperjuangkan penyelesaian konflik Palestina.
Ia menilai kebijakan dan langkah diplomasi Presiden selama setahun terakhir telah menunjukkan arah yang jelas.
“Seluruh keluarga besar IKA UIN Alauddin mendukung sepenuhnya peran Presiden Prabowo Subianto sebagai pemimpin dunia Islam dalam mengatasi krisis Gaza dan memperjuangkan perdamaian dunia. Indonesia memiliki posisi strategis, dan Prabowo telah menunjukkan jati diri pemimpin yang otentik,” ujar Idrus.
Idrus menggarisbawahi besarnya potensi akademik alumni UIN. Tercatat sekitar 1.350 guru besar dan puluhan ribu doktor yang berasal dari UIN Alauddin maupun kampus UIN lainnya siap diterjunkan dalam kajian, rekomendasi kebijakan, hingga program strategis yang mendukung upaya diplomasi Indonesia.
Sementara itu, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis, yang hadir dalam pertemuan itu, menilai langkah IKA sejalan dengan peran kampus dalam memperkuat wacana perdamaian global. Ia menegaskan bahwa diplomasi politik perlu disokong melalui riset dan pendekatan ilmiah.
“Apa yang dilakukan IKA ini sangat sejalan dengan peran akademik kampus. Kami ingin memastikan bahwa visi Presiden terkait penyelesaian konflik Palestina bisa diterjemahkan secara ilmiah dan akademik. Indonesia memang mempunyai posisi strategis untuk terlibat dalam perdamaian global,” kata Prof Hamdan.
Prof Hamdan juga menjelaskan bahwa rangkaian seminar internasional akan menjadi bagian penting dari dukungan akademik tersebut. Ia menyampaikan bahwa gagasan seminar internasional berasal dari Menteri Agama Nasaruddin Umar, yang juga merupakan alumni UIN Alauddin. Koordinasi pelaksanaan seminar dipimpin oleh Staf Khusus Menteri Agama, Dr. H. Ismail Cawidu, yang sekaligus merupakan Wakil Ketua Umum IKA UIN Alauddin.
“Seperti yang disampaikan oleh Ketum IKA, bahwa akan ada seri seminar internasional. Itu digagas oleh Bapak Menteri Agama Republik Indonesia, Dan yang menjadi koordinator untuk bisa mewujudkan seri seminar ini adalah Bapak Staf Khusus Menteri Agama, Dr. H. Ismail Cawidu,” ujar Prof Hamdan.
Seminar internasional pertama akan digelar di UIN Alauddin pada Senin (17/11) mendatang. Forum tersebut dijadwalkan menghadirkan Menteri Agama sebagai keynote speaker, serta Wakil Menteri Luar Negeri, H Anis Matta, sebagai keynote speaker kedua. Selain itu, akademisi internasional seperti antropolog Boston University, Prof Robert Hefner, serta penceramah dan pemerhati isu Palestina, Ustaz Das’ad Latif, turut menjadi narasumber.
“Jadi, luar biasa variatifnya dan akan semarak seminar kita ini. Kami canangkan bahwa seminar ini akan dihadiri minimal 1.500 peserta besar,” kata Prof Hamdan.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada IKA UIN Alauddin atas dukungan penuh terhadap pelaksanaan seminar internasional ini, yang menjadi forum akademik pertama di perguruan tinggi Indonesia yang secara langsung mengangkat diplomasi Presiden Prabowo tentang Palestina.
“Jadi, visi Pak Menteri Agama ini belum terbaca sebelumnya oleh perguruan tinggi lain di Indonesia. Jadi, secepatnya kita menangkap ini, bagaimana peran diplomasi politik Bapak Presiden itu dibawa ke meja seminar menjadi peran akademik,” lanjut Prof Hamdan.
Menurutnya, diplomasi akademik menjadi instrumen penting untuk memastikan “obsesi Bapak Presiden untuk terwujudnya perdamaian global, terwujudnya penyelesaian masalah Palestina.”
Ia menegaskan bahwa tema sentral seminar internasional tersebut akan berfokus pada upaya mewujudkan “Two State Solution.”
“Apalagi kalau bisa diwujudkan apa yang menjadi obsesi Bapak Presiden, yaitu terwujudnya apa yang disebut dengan Two State Solution. Allahu Akbar!” tutup Prof Hamdan.


















































