Suasana jumpa pers Asosiasi Pertunjukan Seni Nusantara (Asitantra) DIY pada Minggu (24/11/2024) yang bakal menggelar pertunjukan sandiwara Ketoprak Wayang Tari (K'wari) dengan lakon Misteri Bengawan Sore "Ampak-ampak Ing Panolan. - Harian Jogja // Catur Dwi JanatiÂ
SLEMAN—Asosiasi Pertunjukan Seni Nusantara (Asitantra) DIY bakal menggelar pertunjukan sandiwara Ketoprak Wayang Tari (K'wari) dengan lakon Misteri Bengawan Sore Ampak-ampak Ing Panolan.
Lakon Misteri Bengawan Sore Ampak-ampak Ing Panolan akan berkutat tentang polemik perebutan kekuasaan kerajaan. Raden Pangesthi Kujana yang merasa haknya dibegal oleh Waliyul Amri lantaran memberikan tahta keprabon kepada Suljama, sesama anak raja namun beda ibu.
Ia merasa dilangkahi bahkan jauh ketika Waliyul Amri memilih Adipati Unus menggantikan ayahnya sebagai sultan.
Singkat cerita Raden Pangesthi dicegat oleh keponakannya sendiri, Raden Permada di tepi Bengawan Sore. Merasa kalah digdaya Raden Permada menghimpun puluhan tokoh sakti untuk mengeroyok pamannya.
Hasilnya Raden Pangesthi terkapar bersimbah darah. Sejarah ini selanjutnya terulang kembali kala Surenggana anak semata wayang Raden Pangesthi merasa lebih berhak untuk menjadi ratu. Cerita lalu akan berjalan dari kiprah Surenggana dalam menunaikan ambisinya.
Penulis naskah, Joko Santosa mengatakan bila banyak hal yang dibicarakan dalam pertunjukan ini. Meski berlatar kerajaan, tak membuat topik yang diusung jadi terbatas.
"Kami bicara macam-macam, tentang dinamika kekinian, tentang bonus demografi, tentang geopolitik, sampai ke oligarki," kata Joko pada Minggu (24/11/2024).
Punya lokus cerita pada konflik perebutan kekuasaan, lakon ini digambarkan dengan kursi yang dikelilingi tangan-tangan berdarah.
Potret itu menyimbolkan bagaimana kursi kekuasaan diincar banyak tangan hingga tak jarang diperebutkan dengan pertumpahan darah.
Di masa kini bonus demografi yang melimpah merebutkan "kursi kerja" yang jumlahnya mungkin tak sebanding dengan permintaan yang ada. Bila tak dikelola dengan baik, bonus demografi ini disebut Joko layaknya tombak bermata dua.
BACA JUGA: Imbas PPN 12 Persen Harga Rumah Diproyeksi Bakal Naik
"Bonus demografi yang dibanggakan bisa menjadi tombak bermata dua. Pada satu sisi betul anak-anak usia produktif banyak, tapi kalau tidak tersedia lapangan kerja jadi anarkis," katanya.
Misteri Bengawan Sore berbicara tentang daulat dan gegrayan. Seperti nasib ambisi kekuasaan Surenggana yang coba disajikan dalam bentuk K'wari dalam pentas nanti.
Di sisi lain dari segi teknis, pertunjukan K'wari ini akan dimainkan oleh 42 orang anggota Asitantra yang ada di DIY.
Sutradara pertunjukan, Nano Asmorodono menerangkan naskah panggung dari Joko Santosa dituangkan dalam format K'wari. Kolaborasi ketoprak, wayang dan tari juga akan dipadukan dengan seni modern lainnya, seperti pembacaan puisi hingga pantomim.
"Kolaborasi ketoprak, wayang dan tari serta masuknya seni-seni modern seperti penyair, pemain teater, ada pantomim kami gabungkan menjadi satu kesatuan karena ketoprak itu luwes," ujarnya.
Dengan durasi sekitar 2,5 jam serta harga tiket Rp25.000 dan Rp100.000, masyarakat bisa menyaksikan suguhan pertunjukan kaya akan seni dari Asitantra.
Masyarakat yang berminat bisa datang ke Ndalem Sekarwangi Resto pada Jumat (13/12/2024) pukul 19.33 WIB untuk menyaksikan pentas ini.
"Kami punya visi, tanggal 13 Desember setelah hiruk pikuk pesta demokrasi. Itu kan banyak teman-teman kita yang berbeda pilihan. Setelah selesai kan harus didinginkan juga," ujarnya
"Disatukan, didinginkan lewat budaya, lewat kesenian ini agar semua bisa kembali lagi bersilaturahmi menjadi teman dan kawan sahabat lagi." (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News