Penampakan Very Small Aperture Terminal (VSAT) yang Akan Dipasarkan pada 24 Kabupaten/Kota di Sulsel, (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Pemerintah pusat bersama DPR RI menargetkan percepatan pemerataan internet di Sulawesi Selatan melalui pemasangan ratusan perangkat Very Small Aperture Terminal (VSAT) pada wilayah yang masih mengalami blankspot.
Langkah ini dinilai mendesak untuk menjamin akses layanan publik, pendidikan, hingga komunikasi warga di 24 kabupaten/kota.
Anggota Komisi I DPR RI, Syamsu Rizal (Deng Ical), menyampaikan bahwa program pemasangan VSAT akan memasuki fase besar pada tahun depan.
“Akhir tahun ini, atau awal tahun depan, Insya Allah akan terpasang tepatnya 211 titik di seluruh Sulawesi Selatan,” ujarnya di kantor DPC PKB Makassar, Kamis (04/12).
Menurutnya, pemerintah menargetkan seluruh wilayah Sulsel dapat terhubung internet secara merata, terutama daerah yang selama ini sulit dijangkau jaringan komersial. Namun, ia mengakui bahwa tidak semua titik dapat dilayani oleh VSAT karena keterbatasan jangkauan dan medan geografis. Untuk itu, pemerintah menyiapkan opsi alternatif berupa satelit Low Earth Orbit (LEO) hasil lelang nasional.
“Kalau LEO sudah bisa menjangkau semuanya, kita tidak perlu perangkat komersial. Tapi selama pemerintah belum bisa menjamin konektivitas publik, kita harus mencari alternatif,” tegasnya.
Hingga tahun ini, setidaknya 120 titik telah masuk perencanaan pemasangan VSAT Satria 1, termasuk 28 titik yang telah disetujui dan tambahan 5 unit Starlink sehingga total 33 titik aktif. Distribusi terbesar berada di Selayar dengan 53 titik, diikuti Gowa 51 titik, Bulukumba 13 titik, Pinrang 8 titik, serta Luwu 12 titik.
Saat ini, 31 titik dilaporkan sudah beroperasi, termasuk pemasangan Starlink di Selayar dan di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, Tinabo, yang sebelumnya sama sekali tidak memiliki sinyal. Namun pencapaian tersebut masih jauh dari target ideal.
“Kita targetnya Sulawesi Selatan itu 100 persen. Yang bisa kita perjuangkan sekarang kurang lebih 200 titik,” ungkap Deng Ical.
Ia menjelaskan perbedaan mendasar antara teknologi yang digunakan pemerintah dan layanan komersial. VSAT memanfaatkan satelit Satria yang berada di orbit geostasioner, sedangkan Starlink beroperasi di orbit lebih rendah dan dapat menjangkau area yang tidak didukung infrastruktur nasional. Starlink dipilih sementara untuk daerah ekstrem seperti Taka Bonerate agar masyarakat tidak lagi terisolasi secara digital.
Penggunaan Starlink, kata dia, akan disubsidi sementara hingga maksimal dua tahun, sebelum VSAT pemerintah hadir menggantikannya. “Kalau ditunggu tanpa solusi, kasihan rakyat. Banyak wilayah masih gelap sinyal,” ucapnya.
Sementara di Makassar, isu blankspot disebut hampir tidak ditemukan, tetapi pemerintah tetap menargetkan peningkatan kualitas layanan. Kecepatan internet di beberapa titik yang masih berada pada kisaran 6–12 Mbps akan di-upgrade menjadi 25 Mbps agar sejalan dengan kebutuhan kota besar dan kawasan kepulauan.
Meski perangkat telah disiapkan, pengelolaan jaringan di lapangan tetap akan melibatkan masyarakat setempat.
Deng Ical menegaskan bahwa sosialisasi menjadi bagian penting agar perangkat yang diberikan dapat beroperasi secara berkelanjutan, terutama pada daerah yang baru mengenal teknologi satelit komersial.
Dengan rencana pemasangan 211 titik awal tahun depan dan target 200 titik tambahan dalam beberapa tahun mendatang, pemerintah berharap Sulawesi Selatan dapat mencapai cakupan internet 100 persen.
“Mudah-mudahan kita bisa lebih banyak. Dalam dua tahun ke depan, Insya Allah bisa terpenuhi,” pungkasnya.


















































