Anggota bank sampah berlenggak-lenggok bak model di atas catwalk mengenakan kreasi busana yang terbuat dari limbah plastik dan koran di Grha Pandawa Balai Kota Jogja, Rabu (6/11/2024). - Harian Jogja - Alfi Annissa Karin
Harianjogja.com, JOGJA—Di tengah masalah sampah yang masih terjadi di Kota Jogja, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja menggelar lomba fashion show bank sampah.
Balai Kota Jogja ramai pada Rabu (6/11/2024) pagi saat DLH Kota Jogja menggelar lomba fashion show bank sampah. Beberapa emak-emak membawa sejumlah properti fashion show menuju Grha Pandawa Balai Kota. Model-model amatir yang dikirimkan dari masing-masing kelurahan pun bersiap untuk berlenggak-lenggok di atas catwalk.
Sebanyak 36 bank sampah se-Kota Jogja mengikuti kegiatan tersebut. Tiap bank sampah membawa satu model yang mengenakan berbagai kreasi busana dari sampah.
Ada yang membawakan tema yang mirip dengan tokoh Maleficient, ada juga yang mengusung tema peri kecil, putri kupu-kupu, dan kreasi busana dengan konsep seram. Busana yang ditampilkan tak bisa sembarang dibuat. Sebanyak 90% terdiri dari unsur limbah. Namun, peserta tak boleh menambahkan sampah kresek, dengan alasan khawatir peserta justru menggunakan kresek baru. Sebanyak 10% sisanya boleh menggunakan bahan tambahan seperti kancing ataupun kain pelapis.
Tak hanya busana dengan berbagai model, properti seperti topi ataupun tongkat diperkenankan untuk digunakan. Tentu saja, bahan utama tetap harus terbuat dari sampah.
Ketua Bank Sampah Mas Darling RW 11 Kelurahan Muja-Muju, Yanti Mugiono, menjelaskan turut membawakan busana bertema Putri Kupu-Kupu. Kamisol dibuat dengan memanfaatkan saset kopi bekas. Adapun bagian sayap memanfaatkan bungkus deterjen. Koran diletakan pada properti kupu-kupu yang menempel pada tongkat dan busana. Yanti mengatakan proses pembuatan busana dari sampah ini memakan waktu hingga 30 hari.
“Dari mulai bikin ragangan-nya [kerangka], mengumpulkan sasetnya, menentukan temanya. Proses pembuatan turut melibatkan pengurus PKK yang juga menjadi nasabah Bank Sampah Mas Darling,” ujar Yanti.
Yanti mengaku tak menemui kendala berarti. Ini juga bukan kali pertama Bank Sampah Mas Darling mengikuti berbagai kompetisi bank sampah. Sebelumnya, bank sampah milik warga RW 11 Kelurahan Muja-Muju ini berhasil menyabet berbagai penghargaan baik di tingkat Kota Jogja maupun hingga tingkat nasional.
Yanti menyebut suksesnya Bank Sampah Mas Darling dalam mengelola sampah tak lepas dari kompaknya pengurus dan juga nasabah bank sampah lainnya. Dari 200-an KK yang bernaung di RW 11, setidaknya sudah ada 146 KK yang menjadi nasabah tetap. Penimbangan sampah selalu dilakukan sekali dalam satu bulan. “Yang belum jadi nasabah, tetap kami dorong untuk menjadi nasabah. Yang belum itu karena mereka pendatang, keluarga kecil, dan tidak punya sampah. Hanya diikutkan ke tetangga yang sudah jadi nasabah,” jelasnya.
Yanti mengatakan kesadaran warga untuk melakukan pemilahan sampah juga sudah tinggi. “Sampah anorganik yang tidak laku oleh pelapak dijadikan barang kerajinan seperti ini. Sampah saset dibuat menjadi tikar, karpet, tempat tisu, tas. Kami me-recycle dari sampah yang tidak berguna diubah menjadi barang yang bermanfaat,” ungkapnya.
Yanti tak tahu persis berapa jumlah sampah yang berhasil ditekan melalui berbagai pengolahan yang dilakukan oleh bank sampah. Namun, dia tetap merasakan terjadinya pengurangan sampah yang siginifikan utamanya ketika hendak diambil pelapak. Jika biasanya tiga hari saja bank sampah sudah penuh, seusai pengolahan sampah digencarkan bank sampah memerlukan waktu yang lebih lama untuk penuh. “Kalau bicara ton kami tidak pernah sampai ke sana. Kewajiban kami pokoknya piye carane sampah organik diselesaikan di rumah dan sampah anorganik bisa dibawa ke bank sampah,” ucapnya.
Asah Kreativitas
Sementara, Ketua Tim Kerja Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup (PSDLH) DLH Kota Jogja, Nada Mutiara Putri, menjelaskan Lomba Fashion Show ini bertujuan untuk mengasah kreativitas para pengurus dan nasabah bank sampah. Ini merupakan kompetisi tahunan yang rutin dilaksanakan oleh DLH Kota Jogja.
Ia menyebut Lomba Fashion Show Bank Sampah ini memang tak secara siginifikan menekan sampah dari sisi jumlahnya. Namun, paling tidak masing-masing bank sampah bisa mengasah inovasi dan kreativitas dengan cara mengubah limbah menjadi barang yang punya nilai guna.
“Apa yang didaur ulang memang jumlahnya tidak banyak untuk membuat satu buah baju. Kami mengharapkan lebih ke edukasi masyarakat secara luas. Sampah masih ada nilai ekonomisnya. Sampah saset, botol plastik, masih bisa menjadi sebuah kreasi yang bagus dilihat. Kami mendorong masyarakat untuk juga tumbuh inovasinya,” ungkap Nada.
Ia menambahkan hingga kini bank sampah yang ada di masing-masing RW di Kota Jogja masih punya peranan yang vital dalam rangka menekan produksi sampah. Pada semester pertama lalu, bank sampah mampu menekan sampah hingga 17 ton per harinya. Kini setidaknya ada 689 bank sampah yang tersebar di seluruh Kota Jogja.
Nada mengakui tak semua bank sampah aktif. Ada beberapa bank sampah yang butuh pembinaan. “Biasanya masalahnya terkait dengan kaderisasi. Untuk bank sampah yang butuh pembinaan kami undang untuk kami beri pendampingan,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News