Seminar bertajuk Belajar Strategi Menjalani Siklus Kehidupan Keuangan di UC-UGM, Kamis (21/11/2024). - Istimewa.
Harianjogja.com, JOGJA—Indeks literasi keuangan dibandingkan inklusi keuangan masyarakat Indonesia belum seimbang alias masih jomplang. Oleh karena itu penguatan literasi keuangan terus digencarkan dengan harapannya indeksinya tak berat sebelah dibandingkan inklusi keuangan.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 menunjukkan, indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen. Angka tersebut belum seimbang dengan indeks inklusi keuangan yang sudah berada di angka 75,02 persen.
"Kalau dari sisi gender tingkat literasi dan inklusinya masih jomplang juga. Tetapi ikut berbangga bagi yang perempuan, berdasarkan survei terakhir baik literasi maupun inklusinya cukup tinggi," kata Pengawas Deputi Direktur Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, Perlindungan Konsumen dan Layanan Manajemen Strategi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY, Rosi Kho Arliyani dalam Seminar bertajuk Belajar Strategi Menjalani Siklus Kehidupan Keuangan di UC-UGM, Kamis (21/11/2024).
BACA JUGA : Semakin Paham Literasi Keuangan, Semakin Kuat Ekonomi
Oleh karena itu ia mengapresiasi pelaksanaan seminar yang menjadi bagian dari upaya peningkatan literasi keuangan dengan menyasar mahasiswa tersebut. OJK telah menggulirkan Gerakan Nasional Cerdas Keuangan untuk mendorong lembaga jasa keuangan seluruh tanah air untuk peduli terhadap literasi keuangan.
"Karena dengan memahami literasi keuangan dapat mendukung ketika akan memutuskan pemilihan investasi keuangan. Terutama ketika memilih platform antara legal dan ilegal," ujarnya.
Kegiatan tersebut dihadiri lebih dari 300 orang yang sebagian besar merupakan sivitas akademika UGM baik mahasiswa dan karyawan serta perwakilan berbagai komunitas di Jogja. Chief Customer Management Officer Home Credit Cahyadi Poernomo menegaskan, seminar itu murni melakukan sosialisasi untuk meningkatkan literasi keuangan agar tidak jomplang dibandingkan dengan inklusi keuangan. Event tersebut bukan untuk mencari pelanggan baru di kalangan mahasiswa.
Ia berharap kegiatan itu dapat memberi bekal generasi muda dengan pengetahuan, keterampilan dan keyakinan baru mengenai layanan keuangan untuk diimplementasikan di masa depan. "Kami berkomitmen untuk membantu meningkatkan literasi keuangan dengan berbagai event offline maupun online dengan menggandeng berbagai lembaga pembiayaan," katanya.
Seminar itu secara khusus membahas berbagai fase kehidupan seperti ketika seorang individu mengembangkan karir, melangsungkan pernikahan, memiliki anak hingga menyiapkan pensiun dari perspektif keuangan. Ia sepakat masyarakat harus memahami literasi keuangan.
BACA JUGA : Begini Upaya OJK Menekan Gap Literasi dan Inklusi Keuangan di DIY
Melalui literasi sangat berperan dalam menentukan dan mengatur keuangan. Masyarakat yang memahami literasi, dia cenderung bijak dalam mengajukan kredit, artinya mereka sebagai nasabah memahami kebutuhan dan tujuan kredit. Selain itu perlu memilih produk layanan kredit yang tepat dan aman. "Termasuk kemampuan finansial juga harus diperhatikan, manajemen cicilan yang tepat," ujarnya.
Dosen FEB UGM Boyke Rudi Purnomo menilai sosialisasi literasi keuangan sangat tepat menyasar kalangan mahasiswa khususnya generasi z. Mengingat saat ini, mereka lebih cenderung banyak memanfaatkan uang mereka untuk berbagai aktivitas yang serba ikut arus. Mahasiswa zaman dahulu akan masak makanan untuk menghemat, namun era saat ini mahasiswa lebih banyak memilih membeli makanan. "Bahkan mereka lebih senang nongkrong di kafe dan itu sangat berdampak terhadap kondisi keuangan mereka," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News