IHC Festival Kompleks Museum Benteng Vredeburg, Kota Jogja, Sabtu (23/11/2024) malam. -Harian Jogja - Sirojul Khafid
JOGJA—Segala kekayaan di dalamnya, membuat Indonesia layak menjadi ibu kota budaya dunia. Hal tersebut sejalan dengan konstitusi yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengatakan upaya memajukan budaya Indonesia di peradaban dunia merupakan perintah konstitusi. Negara perlu menjamin masyarakat mengembangkan dan memelihara budayanya masing-masing. Indonesia merupakan salah satu negara dengan keragaman budaya paling kaya di dunia.
Berdasarkan data yang terdapat di Kementerian Kebudayaan, kekayaan budaya Indonesia berupa cagar budaya yang berperingkat nasional berjumlah 228 cagar budaya. Sedangkan warisan budaya takbenda yang telah ditetapkan dalam level nasional adalah sebanyak 2.213 karya budaya. Hingga saat ini, terdapat 13 karya budaya takbenda Indonesia yang telah dienskirpsi UNESCO.
Seluruh budaya takbenda Indonesia tersebut yaitu Wayang, Keris, Batik, Pendidikan dan Pelatihan Batik, Angklung, Tari Saman, Noken, 3 Genre Tari Bali, Pinisi, Pencak Silat, Pantun, Gamelan, dan Budaya Sehat Jamu. Dalam beberapa pekan ke depan, Indonesia akan mendapatkan pengakuan budaya takbenda lainnya.
“Ada kolintang, kebaya, dan reog Ponorogo yang akan segera mendapat pengakuan. Kami berharap semakin banyak pengakuan lagi ke depannya. Namun itu menjadi konsekuensi kita untuk memelihara, melestarikan, dan mengembangkan agar budaya tersebut tidak punah dan tidak hilang,” kata Fadli, di sela-sela pembukaan Indonesia Intangible Cultural Heritage (ICH) Festival: Indonesia Menuju Ibu Kota Budaya Dunia di kompleks Museum Benteng Vredeburg, Kota Jogja, Sabtu (23/11/2024) malam.
Warisan budaya takbenda menjadi bukti peradaban bangsa yang harus masyarakat Indonesia rawat bersama. Melalui ICH Festival yang berlangsung dari 23 November hingga 10 Desember 2024 di Jogja, masyarakat tidak hanya merayakan keberagaman budaya Indonesia, tetapi juga menegaskan kepada dunia bahwa budaya Indonesia hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Sebanyak 13 warisan budaya takbenda Indonesia yang sudah diakui UNESCO akan dipamerkan.
ICH Festival bukan hanya panggung untuk menampilkan karya budaya, lanjut Fadli, tetapi juga menjadi ruang bertemunya berbagai pemangku kepentingan untuk berdialog, bertukar pengetahuan, dan menggali inspirasi dari kekayaan tradisi kita. Mereka termasuk para seniman, budayawan, hingga generasi muda.
“Saya berharap acara ini mampu menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri,” katanya.
Kebudayaan Paradigma Pembangunan
Kerja-kerja kebudayaan bisa semakin maksimal ke depannya. Fadli Zon mengatakan hal tersebut terutama di masa pemerintahan baru, yang berada dalam naungan Presiden Prabowo Subianto. Setelah puluhan tahun kemerdekaan Indonesia, Kementerian Kebudayaan akhirnya berdiri sendiri secara independen.
Maksudnya Kementerian Kebudayaan sudah terpisah dengan Kementerian Pendidikan. “Kebudayaan menjadi haluan paradigma pembangunan,” katanya.
Hal ini semakin mempercepat upaya-upaya Indonesia dalam meraih cita-cita konstitusi, untuk membawa budaya ke tengah peradaban dunia. Salah satu caranya dengan memperbanyak pengakuan dunia pada warisan budaya di Indonesia.
“Warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO bukan hanya untuk pengakuan internasional semata, namun yang lebih penting yaitu memperkuat identitas nasional, kesejahteraan masyarakat, dengan cara mengelola dan memanfaatkan warisan budaya dengan baik,” kata Fadli.
Maka, dengan segala potensi kekayaan yang ada di Indonesia, serta manfaat baik yang bisa didapatkan setelahnya, Indonesia bisa menjadi Ibukota Budaya Dunia. Perlu ada dukungan dari seluruh stakeholder, dari tingkat pemerintah pusat sampai individu. “Semoga budaya kita semakin maju, bukan hanya untuk masyarakat kita, tapi bagian dari kebudayaan dunia,” katanya.
BACA JUGA: Pilkada 2024, Dua TPS di Gunungkidul Berada di Kawasan Rawan Bencana
Budaya yang Ramah Anak Muda
Budaya perlu semakin ramah dengan anak muda, sebagai generasi penerus bangsa. Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengatakan adaptasi menjadi kunci agar anak muda semakin dekat dengan budaya.
Dalam pengembangan budaya, Fadli beranggapan bahwa perlu mempertahankan sesuai pakem klasiknya, dengan tetap berinovasi melalui adaptasi. Dia mencontohkan pertunjukan wayang dengan kisah Dewa Ruci yang menjadi pertunjukkan pembuka Indonesia Intangible Cultural Heritage (ICH) Festival: Indonesia Menuju Ibukota Budaya Dunia.
Apabila dengan pakem pertunjukkan wayang, maka acara bisa berlangsung dari pukul 21.00 hingga 03.00 WIB. “Tadi ada kolaborasi wayang orang, wayang golek, dan wayang kulit yang tampil secara menarik. Ditambah dengan video mapping, musik, serta koreografi, dengan cerita bisa selesai kurang dari satu jam. Inovasi semacam itu bisa menarik Gen Z dan anak muda generasi lain [untuk dekat dengan budaya],” kata Fadli.
Sedang dan akan terus berlangsung, Kementerian Kebudayaan dan lembaga di bawahnya, juga berupaya mendigitalisasi serta mengintegrasikan warisan budaya di Indonesia. Berbagai pengemasan warisan budaya, baik dalam bentuk grafis, video, film, musik, dan lainnya, bisa membuat akses masyarakat semakin banyak dan mudah.
Segala Rupa
ICH Festival menjadi langkah Kementerian Kebudayaan dalam mendekatkan budaya pada anak muda. Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan, Irini Dwi Wanti, mengatakan kegiatan terangkum dalam berbagai bentuk kegiatan, mulai dari pameran, sarasehan, hingga workshop. Peserta acara-acara tersebut juga banyak dari kalangan muda.
“[ICH Festival berlangsung di] Jogja, sebagai contoh dari pengelolaan budaya yang baik, yang bisa dengan mudah dilihat, dikunjungi, dan dinikmati cagar budaya dan objek kebudayaannya,” kata Irini.
“Pertunjukkan wayang pembuka ICH Festival juga bekerja sama dengan Pemda DIY, dengan menampilkan dalang remaja yang menjadi juara di tingkat DIY.”
Setelah pembukaan, masyarakat bisa dengan gratis mengakses berbagai pameran hingga workshop. Salah satu pengisi pameran dan workshop, Dwi Kuntari, akan mengenalkan jamu dengan segala inovasinya kepada pengunjung. Dia membawa jamu dengan racikan tradisional dan modern.
Racikan modern merupakan jamu yang dicampur dengan buah dan sayur, seperti lemon hingga wortel. Inovasi juga dalam membuat warna jamu yang menarik, agar anak muda semakin melirik. Ada pula pemberian nama jamu yang unik seperti Aserehe (asem, lemon, sereh, dan jahe), Belovera (beras kencur boba aloevera), serta Jaim (jaga imunitas).
“Peserta yang ikut workshop besok [di ICH Festival] kebanyakan anak muda. Kami pengen anak muda mencintai warisan budaya leluhur, apalagi jamu sudah diakui UNESCO. Sehingga pasar internasional untuk jamu terbuka lebar, dan anak-anak muda bisa semakin mengenalkannya ke dunia,” kata Dwi, yang merupakan pemilik produk Jamu Deka. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News