Harianjogja.com, JAKARTA—Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional memastikan ketersediaan telur ayam ras nasional dalam kondisi aman dan surplus hingga Ramadhan dan Lebaran 2026, dengan pasokan sepenuhnya ditopang produksi peternak dalam negeri.
“Stok telur kita secara nasional banyak. Intinya sangat memenuhi kebutuhan nasional. Secara nasional ketersediaan telur sangat banyak. Lewat Ramadhan juga aman. Surplus kita. Kita tidak ada masalah kalau telur,” kata Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menanggapi fluktuasi harga pangan, ia menilai kondisi tersebut bersifat musiman, bukan disebabkan oleh program prioritas Presiden Prabowo Subianto, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG). Pengaruh MBG terhadap konsumsi telur ayam ras pada tahun ini dinilai belum signifikan.
“Kalau saya melihat program MBG, ada pengaruhnya, tapi sedikit. Saat ini kan menjelang Natal dan Tahun Baru, permintaan naik sehingga ada kenaikan,” ujar Ketut Astawa.
Dalam Proyeksi Neraca Pangan Nasional, lanjut dia, kebutuhan telur ayam ras nasional, termasuk untuk Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dalam program MBG, sepenuhnya dapat dipasok dari dalam negeri.
“Dari total kebutuhan konsumsi nasional, porsi kebutuhan SPPG masih belum begitu besar,” jelasnya.
Adapun kebutuhan konsumsi telur ayam ras nasional dalam setahun diestimasi mencapai 6,487 juta ton. Dari jumlah tersebut, kebutuhan SPPG pada 2025 diperkirakan 1,96 persen atau sekitar 127,3 ribu ton. Sementara itu, produksi telur ayam ras nasional masih lebih tinggi karena dapat mencapai 6,561 juta ton.
Stok akhir tahun 2025 telur ayam ras secara nasional juga mengalami peningkatan signifikan dibandingkan stok akhir tahun sebelumnya.
Bapanas memproyeksikan stok akhir tahun telur ayam ras berada di kisaran 74,5 ribu ton, atau melonjak 154,2 persen dibandingkan stok akhir 2024 yang tercatat 29,3 ribu ton.
Kendati demikian, pemerintah akan terus memantau perkembangan harga telur ayam ras di pasar. Harga komoditas strategis ini diharapkan berada sesuai Harga Acuan Penjualan (HAP) di tingkat konsumen yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp30.000 per kilogram.
“Secara prinsip kami sudah sering rapat dengan teman-teman peternak. Mereka komitmen tetap di rentang harga di peternak Rp22.000, Rp23.000, sampai Rp25.000 per kilogram. Artinya, pedagang mestinya masih bisa menjual di kisaran Rp30.000 per kilogram,” tutur Ketut Astawa.
Berdasarkan Panel Harga Pangan Bapanas, rata-rata harga telur ayam ras di tingkat konsumen nasional mulai menunjukkan penurunan tipis dalam sepekan terakhir. Pemerintah akan mengintensifkan pengawasan agar harga telur kembali ke level wajar.
Per 24 Desember, rata-rata harga telur ayam ras tercatat Rp31.595 per kilogram, menurun dari Rp31.671 per kilogram sepekan sebelumnya dan Rp31.669 per kilogram sehari sebelumnya.
Sementara itu, provinsi dengan rata-rata harga telur ayam ras terendah adalah Bali, yakni Rp27.635 per kilogram, atau sekitar 7,8 persen lebih rendah dari HAP.
Adapun rata-rata harga telur ayam ras nasional mulai berada di atas HAP tingkat konsumen sejak Oktober 2025, dengan harga bulanan mencapai Rp30.436 per kilogram.
Terpisah, Andi Amran Sulaiman, selaku Kepala Bapanas sekaligus Menteri Pertanian, menegaskan jajarannya tidak boleh lengah dalam memantau dinamika harga pangan strategis, termasuk telur ayam ras.
“Tadi telur alhamdulillah baik, tetapi kita tidak boleh lengah. Telur cukup. Saya katakan tidak boleh naik. Kalau naik, kita tindak. Ini karena stok kita cukup. Telur ayam lebih dari cukup. Jadi aman,” kata Amran di Pasar Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur (23/12/2025).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara

3 hours ago
1
















































