Meracik Jamu, Tidak Serumit yang Anda Pikirkan

4 hours ago 2

Meracik Jamu, Tidak Serumit yang Anda Pikirkan Suasana workshop pembuatan jamu di Kompleks Museum Benteng Vredeburg, Kota Jogja, Minggu (24/11/2024). -Harian Jogja - Sirojul Khafid

JOGJA—Puluhan orang mengikuti workshop pembuatan jamu di kompleks Museum Benteng Vredeburg, Kota Jogja, Minggu (24/11/2024). Acara ini merupakan bagian dari serangkaian Indonesia Intangible Cultural Heritage (ICH) Festival: Indonesia Menuju Ibukota Budaya Dunia. Indonesia IHC Festival yang merupakan inisiasi Kementerian Kebudayaan ini berlangsung dari 23 November hingga 10 Desember 2024 di Jogja.

Kegiatan berupa pameran, workshop, hingga sarasehan. Untuk workshop pembuatan jamu, mentornya yaitu pemilik Jamu Deka dari Magelang, Dwi Kuntari. Dia membagikan beberapa resep serta tata cara pembuatan jamu dari awal hingga akhir. Salah satu resep yang dia ajarkan yaitu jamu kunyit asem.

Adapun bahannya seperti kunyit, jeruk nipis, sereh, madu, hingga air mineral. Panitia juga menyediakan alat seperti gelas, saringan, parut, sarung tangan, talenan, dan pisau.

Langkah-langkahnya berupa memarut kunyit, memeras sari kunyit dengan air, menambahkan madu dan jeruk, serta terakhir diaduk menggunakan sereh.

“Saat membuat jamu, teman-teman bisa meracik sesuai selera, dan bisa diimprovisasi. Silakan memberi nama untuk masing-masing karya jamunya, nama yang unik namun tetap berkonotasi positif,” kata Dwi, sembari memantau para peserta meracik jamu.

Tidak hanya resep tradisional, Dwi juga mengenalkan jamu modern, yang dikombinasikan dengan buah dan sayur, seperti lemon hingga wortel.

Inovasi juga dalam membuat warna jamu yang menarik, agar anak muda semakin melirik. Dwi memberikan beberapa nama unik pada produk jamunya, seperti Aserehe (asem, lemon, sereh, dan jahe), Belovera (beras kencur boba aloevera), serta Jaim (jaga imunitas).

“Peserta yang ikut workshop besok [di ICH Festival] kebanyakan anak muda. Kami pengen anak muda mencintai warisan budaya leluhur, apalagi jamu sudah diakui UNESCO. Sehingga pasar internasional untuk jamu terbuka lebar, dan anak-anak muda bisa semakin mengenalkannya ke dunia,” kata perempuan berusia 30 tahun tersebut.

BACA JUGA: Imbas PPN 12 Persen Harga Rumah Diproyeksi Bakal Naik

Salah satu peserta workshop pembuatan jamu, Dimas Adam Aryanto, mengatakan biasanya hanya minum jamu yang sudah jadi. Saat sedang jalan-jalan di Museum Benteng Vredeburg dan terdapat workshop pembuatan jamu, maka dia memutuskan bergabung.

“Saya sebagai orang Jawa belum pernah belajar meracik jamu, biasanya cuma minum. Ini ada sesuatu yang baru, jadi menarik. Setelah belajar meracik, jadi tertarik, resep yang diberikan juga mudah, mungkin di rumah bisa dipraktikkan,” kata laki-laki berusia 24 tahun asal Klaten tersebut.

Di samping pembuatan jamu, ada pula workshop lain yang berkaitan dengan tari saman, silat, dan sebagainya. Materi dan barang pameran merujuk pada 13 Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO. Seluruhnya yaitu Wayang, Keris, Batik, Pendidikan dan Pelatihan Batik, Angklung, Tari Saman, Noken, 3 Genre Tari Bali, Pinisi, Pencak Silat, Pantun, Gamelan, dan Budaya Sehat Jamu.

Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengatakan Indonesia ICH Festival bukan hanya panggung untuk menampilkan karya budaya, tetapi juga menjadi ruang bertemunya berbagai pemangku kepentingan seniman, budayawan, hingga generasi muda.

Mereka bisa saling berdialog, bertukar pengetahuan, dan menggali inspirasi dari kekayaan tradisi kita. “Saya berharap acara ini mampu menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri,” katanya. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news