Kayu gelondongan setelah banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. / Antara
Harianjogja.com, ACEH TIMUR—Produksi sampah pascabencana banjir di Kabupaten Aceh Timur melonjak drastis hingga mencapai sekitar 1.200 ton per hari, jauh di atas kondisi normal, seiring masifnya aktivitas pembersihan rumah dan lingkungan oleh warga terdampak.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Peningkatan Kapasitas DLH Kabupaten Aceh Timur, Zulfikar, mengatakan peningkatan tersebut dipicu oleh aktivitas pembersihan rumah, fasilitas umum, dan kawasan permukiman dari material sisa banjir.
“Lonjakan produksi sampah ini dipicu aktivitas masyarakat yang membersihkan rumah, fasilitas umum, serta lingkungan permukiman dari material banjir,” kata Zulfikar di Aceh Timur, Selasa (23/12/2025).
Ia menjelaskan, sampah pascabanjir yang dihasilkan masyarakat meliputi lumpur, kayu, perabot rumah tangga rusak, plastik, hingga sisa bangunan yang roboh dan terseret arus banjir.
“Masyarakat secara serentak membersihkan rumah dan lingkungan pascabanjir. Aktivitas ini berdampak pada meningkatnya volume sampah hingga mencapai 1.200 ton per hari. Padahal, dalam kondisi normal, produksi sampah hanya sekitar 40 hingga 50 ton per hari,” ujarnya.
Menurut Zulfikar, angka tersebut jauh melampaui rata-rata produksi sampah harian di Kabupaten Aceh Timur dan menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah, khususnya DLH Aceh Timur, dalam penanganan darurat pascabencana.
Tantangan utama yang dihadapi, lanjutnya, adalah pengangkutan dan pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan dampak lanjutan, seperti pencemaran lingkungan, bau tidak sedap, dan potensi penyebaran penyakit.
“DLH Kabupaten Aceh Timur mengerahkan seluruh armada pengangkut sampah yang tersedia, termasuk menambah jam operasional petugas kebersihan di lapangan,” katanya.
Selain itu, DLH Aceh Timur juga melakukan koordinasi lintas sektor dengan pemerintah kecamatan, gampong, serta relawan, guna mempercepat proses pengangkutan dan penanganan sampah pascabanjir.
“Kami mengoptimalkan seluruh armada dan personel yang ada. Namun, dengan jumlah sampah sebanyak itu, tentu membutuhkan waktu dan dukungan semua pihak. Karena itu, kami mengajak masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah, terutama antara sampah organik, nonorganik, dan material berbahaya,” ujar Zulfikar.
Ia menambahkan, penanganan sampah pascabanjir tidak hanya berfokus pada pengangkutan ke tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga mencakup pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berpotensi muncul, seperti limbah elektronik, baterai, dan bahan kimia rumah tangga yang rusak akibat terendam banjir.
“Banjir memang sudah surut di beberapa wilayah, tetapi pekerjaan besar saat ini adalah memastikan lingkungan kembali bersih dan sehat. Penanganan sampah menjadi kunci agar tidak muncul masalah baru pascabencana,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara

4 hours ago
8
















































