Kayla Nur Zalsabila. Dok. IstKabarMakassar.com — Di tengah gemerlap dunia modelling yang dipenuhi cahaya, sorotan kamera, dan arahan lantang dari fotografer, seorang gadis muda berjalan dalam keheningan. Namanya Kayla Nur Zalsabila. Ia tak pernah mendengar musik runway, tepuk tangan penonton, ataupun hiruk pikuk studio pemotretan. Namun setiap kali ia berdiri di depan kamera, Kayla memancarkan kepercayaan diri yang jauh lebih lantang dari suara apa pun.
Keheningan bukan membuatnya kecil. Justru di ruang sunyi itulah Kayla menemukan cara untuk mengenal dirinya melalui bahasa isyarat, ekspresi tubuh, dan keberanian menatap dunia yang tak selalu memahami kondisinya.
Kayla adalah anak tunggal yang berasal dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Ia dibesarkan oleh bundanya seorang diri. Sejak lahir, ia terlahir sebagai penyandang disabilitas tuna rungu. Tidak ada suara yang mengiringi tahun-tahun pertumbuhannya, tetapi ibunya selalu menjadi cahaya yang menuntunnya.
Kayla yang saat ini berusia 18 tahun, sejak kecil terbiasa mengikuti berbagai lomba mewarnai, fashion show kecil, dan kegiatan seni lainnya. Dari panggung sederhana itulah ia mulai memahami bahwa meski ia tidak mendengar tepuk tangan, ia tetap bisa merasakan kebanggaan setiap kali menyelesaikan sebuah penampilan.
Namun dunia nyata tidak semulus panggung masa kecilnya. Kayla mengungkapkan bahwa hambatan terbesarnya bukanlah ketunarunguannya itu sendiri, melainkan sikap sebagian orang yang tak mampu menerimanya.
“Tidak semua orang menerima Kayla yang tidak dengar.” tulis Kayla dalam wawancara.
Pengalaman itu sempat melukai, namun tidak pernah mematahkan langkahnya. Justru dari sana ia belajar bahwa setiap kelemahan adalah kekuatan saat ia memilih untuk berdiri tegak.
Ibu Kayla yang dipanggilnya bunda, tidak hanya menjadi orang tua melainkan sahabat, guru, dan pendamping yang selalu percaya pada kemampuan Kayla. Ia terbiasa berkomunikasi dengan bahasa isyarat, sebuah bahasa yang membuat hubungan keduanya terasa lebih dekat.
Dalam perjalanannya, Kayla juga mengenang Appa (panggilan untuk pamannya ) sebagai sosok ayah yang mengisi kekosongan sejak ia kecil. Kenangan menjaganya saat sakit hingga saat-saat terakhir menjadi pengalaman paling menyedihkan dalam hidup Kayla. Namun kehilangan itu pula yang membuatnya semakin kuat.
Bakat Kayla memasuki dunia profesional dimulai dengan cara sederhana. Suatu hari, ia mengunggah foto dirinya saat menjadi model make-up. Tanpa disangka, foto itu menarik perhatian sebuah agensi kecantikan bernama Gerai Cantik Management (GCM).
Gerai Cantik Management adalah agensi model kecantikan yang menaungi para talent dalam bidang fashion, make-up, dan pemotretan produk kecantikan. Agensi ini berperan membantu model mengembangkan portofolio, menawarkan job, dan menjadi jembatan antara model dan brand-brand kecantikan.
Melalui GCM, Kayla mulai mendapat tawaran sebagai model make-up dan menjalani pemotretan profesional.
Meski terlihat menawan di depan kamera, Kayla tetap menghadapi hambatan besar yakni komunikasi.
“Tidak semua orang paham bahasa isyarat,” tulisnya.
Ketika fotografer, MUA, atau kru studio memberi arahan cepat, ia perlu lebih banyak mengamati gerak bibir dan gerakan tangan. Situasi itu sering membuatnya khawatir tidak bisa memahami instruksi dengan sempurna.
Namun, Kayla tetap menolak menyerah. Ia belajar menyesuaikan diri, memperhatikan detail, dan tetap menunjukkan performa terbaik di setiap pemotretan.
Saat ditanya apa yang ingin ia capai, jawaban Kayla sangat sederhana namun penuh makna. Ia ingin membawa bunda ke tanah suci, dan membeli rumah agar mereka bisa hidup nyaman.
Impian itu yang membuatnya terus melangkah, meskipun jalan yang ia tempuh sering lebih sulit dibanding orang lain.
Di akhir, Kayla menuliskan pesan khusus bagi teman-teman yang lahir dengan kondisi serupa.
“Jangan takut. Harus selalu kuat. Jangan malu menggunakan bahasa isyarat. Tidak apa-apa jika kita tidak bisa mendengar suara. Tetap semangat,” ungkapnya dalam bahasa isyarat.
Bahasa isyarat di tangan Kayla terlihat begitu lembut, tegas, dan penuh makna. Meski ia hidup dalam sunyi, Kayla justru menunjukkan bahwa suara tidak selalu berasal dari pita suara, ada suara yang jauh lebih lantang, yaitu tekad yang tidak pernah padam.
Dalam sunyi itulah ia belajar bersinar, dari sinar itu ia mengajarkan banyak orang bahwa kekurangan bukanlah batasan, melainkan cara lain untuk melihat dunia. (Putri Amanda Syarif)


















































