Ketua DPP PKS Bidang Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa, Aang Kunaifi (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Ketua DPP PKS Bidang Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa, Aang Kunaifi, menyoroti meningkatnya sikap apatis di kalangan anak muda terhadap politik.
Ia menilai fenomena ini menjadi ancaman serius bagi masa depan demokrasi Indonesia, mengingat mayoritas pemilih saat ini berasal dari kelompok usia muda, khususnya generasi Z.
Menurutnya, rendahnya kesadaran politik di kalangan pemuda membuat mereka rentan kehilangan peran strategis dalam menentukan arah kebijakan negara. Padahal, hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari biaya pendidikan, ketersediaan lapangan kerja, harga bahan bakar minyak (BBM), hingga tarif dasar listrik (TDL) merupakan hasil keputusan politik.
“Ketika anak muda menjauh dari politik, mereka sebenarnya menyerahkan masa depan mereka kepada orang lain,” ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (25/10).
Aang menyebut, fenomena anti-politik di kalangan pemuda sering kali muncul karena pandangan negatif terhadap perilaku elit, maraknya korupsi, serta minimnya contoh baik di ruang publik. Namun ia menegaskan, menjauh dari politik bukanlah solusi. Justru keterlibatan aktif generasi muda dibutuhkan agar ruang politik diisi oleh mereka yang berintegritas dan berorientasi pada perubahan.
Ia menekankan pentingnya gerakan literasi politik di kalangan pelajar dan mahasiswa agar mereka mampu memahami bahwa politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, melainkan instrumen untuk memperjuangkan kebijakan publik yang adil dan berpihak kepada rakyat.
“Pemuda harus sadar bahwa politik menentukan harga bahan pokok yang mereka beli, menentukan biaya kuliah, menentukan masa depan pekerjaan mereka. Jadi, kalau kita tidak peduli, kita hanya akan jadi penonton di negeri sendiri,” tegasnya.
Aang mencontohkan banyak negara yang berhasil melakukan perubahan besar karena inisiatif pemudanya. Gerakan mahasiswa dan Gen Z di negara seperti Nepal, Maroko, Madagaskar, Filipina, hingga Timor Leste, menjadi bukti bahwa kekuatan generasi muda dapat mengguncang sistem dan melahirkan pemerintahan yang lebih transparan.
Ia menilai, Indonesia pun memiliki peluang serupa jika generasi mudanya bersatu dalam kesadaran politik dan keberanian mengambil peran dalam demokrasi.
“Kita punya modal demografi yang luar biasa. Tapi tanpa kesadaran politik, bonus demografi bisa berubah jadi bencana sosial,” katanya.
Sebagai bagian dari upaya menumbuhkan kepedulian politik di kalangan anak muda, DPP PKS menggelar program MD Tour sebuah forum edukasi dan interaksi politik yang menyasar komunitas muda, pelajar, dan mahasiswa di berbagai daerah. Kegiatan tersebut mengajak peserta memahami bagaimana kebijakan publik terbentuk, serta bagaimana mereka bisa berkontribusi dalam proses demokrasi melalui cara-cara konstruktif.
Dalam kegiatan terbaru yang digelar di Kantor DPTP PKS, Jakarta, program ini diikuti oleh 50 peserta dari Gen Z PKS Ciputat Timur dan Sahabat Muda Tangerang Selatan. Para peserta diajak berdiskusi mengenai peran politik dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana generasi muda dapat menjadi agen perubahan sosial.
PKS menargetkan kegiatan serupa akan dilaksanakan di berbagai daerah secara berkelanjutan, dengan fokus utama pada pembangunan kesadaran politik dan etika demokrasi di kalangan generasi muda. Aang berharap, gerakan ini menjadi langkah nyata agar anak muda Indonesia tidak hanya menjadi objek politik setiap pemilu, tetapi juga menjadi subjek yang menentukan arah bangsa.
“Sudah saatnya pemuda berhenti apatis. Ini waktu mereka mengambil peran bukan hanya di media sosial, tetapi juga di ruang publik dan kebijakan nyata,” tutup Aang.


















































