Pemotor melintas di kawasan proyek Jembatan Pandansimo, Sabtu (2/11/2024). - Arief Junianto
Harianjogja.com, BANTUL–Ornamen yang mengusung kearifan budaya lokal yang ada di Jembatan Pandansimo terancam tidak ada. Ketersediaan anggaran pembangunan Jembatan Pandansimo menjadi kendala.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Satker PJN DIY Setiawan Wibowo menyampaikan beberapa waktu lalu, pihaknya mengajukan tambahan pekerjaan pondasi. Dia menuturkan tambahan pekerjaan pondasi tersebut dilakukan setelah dilakukan kajian terkait potensi bencana yang dapat terjadi di lokasi pembangunan Jembatan Pandansimo.
“Kami melakukan update-ing data tanah. Kita hitung kembali potensi bahaya sekitar 10 km dari Jembatan Pandansimo,” ujarnya.
Beberapa potensi bencana yang dapat terjadi disana antara lain likuifaksi. Dari situ, pihaknya menambah 200 pondasi untuk memastikan Jembatan Pandansimo tetap dapat berdiri kokoh dengan potensi bencana tersebut.
Setiawan menuturkan, penambahan pondasi tersebut menyebabkan ada lonjakan kebutuhan anggaran untuk penyelesaian proyek tersebut. Dia menuturkan dari alokasi anggaran di awal yang mencapai Rp814 miliar, naik sekitar 6% atau sekitar Rp50 miliar.
Tambahan pondasi tersebut menurut Setiawan juga akan berpengaruh pada penambahan waktu pekerjaan konstruksi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Dia menuturkan, dari target semula pekerjaan konstruksi rampung pada Desember 2024 menjadi 31 Maret 2025 atau menambah 90 hari pelaksanaan.
Setiawan mengaku pihaknya telah mengajukan rencana penambahan anggaran dan waktu pelaksanaan kontrak kepada Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Namun, hingga saat ini dua kementerian tersebut belum memberikan kejelasan terkait pengajuan tersebut.
BACA JUGA: Jembatan Pandansimo Sudah Terhubung ke Kulonprogo, Pemkab Kuatkan Pariwisata
“Sesuai peraturan Menteri Keuangan, pengajuan surat izin [kontrak] multi years [diajukan] 45 hari sebelum surat izin berakhir. Harapan kami awal November sudah meluncur surat Menteri PU ke Kementerian Keuangan [mengenai] usulan tambahan [anggaran dan waktu pelaksanaan] bagi [kontrak] multi years,” katanya.
Dia menambahkan, apabila tidak ada persetujuan dari Kementerian PU dan Keuangan terkait dengan penambahan anggaran dan waktu pelaksanaan, maka pihaknya telah merancang pilihan berupaya melakukan efisiensi pada arsitektur Jembatan Pandansimo.
“Alternatif tidak ada tambahan nilai kontrak [anggaran], jembatan sudah bisa terkoneksi, hanya tidak ada ornamen atau arsitektur Jembatan Pandansimo,” katanya.
Desain arsitektur Jembatan Pandansimo yang menggunakan ornamen berbasis kearifan lokal seperti gunungan dan plaza selama ini menjadi keunggulan jembatan tersebut. Menurut Setiawan, ketika tambahan anggaran tidak disetujui, maka Jembatan Pandansimo akan dibangun tanpa menggunakan ornamen. Meski begitu, Setiawan berharap Kementerian PU dan Keuangan menyetujui tambahan anggaran tersebut, sehingga jembatan tersebut dapat dibangun sesuai dengan rencana awal.
“Kami berharap sesuai gambar desain untuk mempercantik Jembatan Pandansimo dan ada unsur budaya dari Jogja,” katanya.
Dia menyampaikan hingga 27 Oktober 2024, pembangunan Jembatan Pandansimo telah mencapai sekitar 80%. Dengan progres tersebut, Jembatan Pandansimo telah tersambung hingga wilayah Kulonprogo. Beberapa pekerjaan konstruksi yang telah dilakukan, antara lain pembangunan barrier dan pemasangan pagar di jembatan tersebut.
Dengan progres pekerjaan konstruksi yang ada, menurut Setiawan pihaknya menargetkan akhir tahun 2024 jembatan pendekat sudah diaspal, kemudian bentang tengah sudah tersambung. Sementara pengaspalan ditargetkan pada Februari-Maret 2025.
“Pengaspalan tidak terlalu signifikan. Itu sebagai top level pekerjaan kami, terlihat hampir selesai, banyak ornamen [dikerjakan] sampai akhir Maret 2025,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News