Kondisi lokasi pembangunan ITF Bawuran di Padukuhan Sentulrejo, Bawuran, Pleret. - Harian Jogja/ Jumali\\r\\n
Harianjogja.com, BANTUL—Proyek pembangunan kawasan pengelolahan sampah Intermediate Treatment Facility (ITF) pusat karbonasi di Bawuran, Pleret, untuk sementara berhenti. Padahal, bangunan kawasan ITF tersebut saat ini telah mencapai 70%.
Belum adanya kejelasan kucuran dana dari PT Dhaha Putra Dewa menjadi biang keladi, proyek pembangunan ITF dengan proyeksi mampu mengolah sampah 70 ton perhari tersebut.
Project Manajer ITF Bawuran Andre Sulistyawan mengatakan, saat ini pengerjaan pembangunan fisik telah mencapai 70 persen. Artinya masih tersisa 30%. Hanya saja, untuk pembiayaan untuk penyelesaian sisa 30% pembangunan fisik ITF Bawuran sampai saat ini belum ada kejelasan.
"Sebab, sesuai dengan perjanjian kerja sama operasional (KSO) antara Perumda Aneka Dharma dengan PT Dhaha Putra Dewa ada klausul penyelesaian pembangunan ditangani oleh PT tersebut. Termasuk pembiayaannya," katanya, Rabu (6/11/2024).
Hanya saja, sejak sesudah penandatanganan KSO dan selesainya pengerjaan 70% bangunan fisik ITF Bawuran, Andre mengaku dirinya kemudian tidak dilibatkan oleh Perumda Aneka Dharma. Sehingga, Andre mengaku sampai saat ini belum bisa memastikan kapan ITF Bawuran selesai pembangunannya.
Andre menyatakan sisa 30% yang belum diselesaikan itu mencakup penyelesaian bangunan secara keseluruhan, finishing, dan fasilitas umum serta fasad dari bangunan ITF Bawuran.
"Aku enggak tahu proses mereka [antara Perumda Aneka Dharma dengan PT Dhaha Putra Dewa] sampai di mana? Karena sejak tiga bulan terakhir tidak mengikuti karena setelah diambil alih investor, saya juga tidak aktif dilibatkan," kata Andre.
Padahal, sejak awal, Andre telah ditunjuk oleh Perumda Aneka Dharma dan vendor alat dari Sidoarjo untuk membangun ITF Bawuran mulai dari nol.
"Jadi semua proses dari awal saya project manajer-nya. Baik bangunan maupun alatnya semua saya ikut proses. Tapi setelah adanya investor, saya tidak aktif dilibatkan," jelasnya.
Terkait dengan kondisi alat, Andre mengaku saat ini aman. Sebab, hanya ada 3 bagian alat dari belasan bagian alat yang telah datang dan disimpan di lokasi ITF Bawuran. Sisanya, alat masih ada di Sidoarjo dan belum dikirim.
"Tiga bagian alat itu kan enggak mungkin rusak. Karena settingnya ketiga alat itu kan untuk jangka panjang. Hanya alat pengolah sampah dan sekarang kan sudah ditempatkan di ruangan yang ada disana," ucap Andre.
Terkait dengan dana yang digunakan untuk pembangunan ITF Bawuran dari nol sampai 70%, Andre mengaku semua dana berasal dari vendor penyedia alat dan Perumda Aneka Dharma.
Hanya saja, Andre tidak merinci sudah berapa miliar uang yang dihabiskan untuk pembangunan fisik dan alat tersebut.
"Sementara sesuai KSO antara Perumda Aneka Dharma dengan PT Dhaha Putra Dewa, ada kewajiban pembayaran penyelesaian proyek ada di PT Dhaha Putra Dewa. Tapi, sampai saat ini saya belum tahu [pembayaran penyelesaian proyek], karena mereka [Perumda Aneka Dharma dengan PT Dhaha Putra Dewa] memiliki mekanisme sendiri," jelas Andre.
BACA JUGA: DLH Kota Jogja Masih Rumuskan Mekanisme Pemungutan Retribusi Sampah di Depo
Menghindar
Sedangkan, Direktur Utama Perumda Aneka Dharma Yuli Budi Sasangka enggan berkomentar terkait dengan progres pembangunan ITF Bawuran. Ia mengaku menyerahkan persoalan tersebut ke humas ITF Bawuran. "Silakan, bisa hubungi PR kami Romo In Nugroho. Beliau adalah humas kami," ucap Yuli.
Begitu juga dengan upaya Harian Jogja mendatangi kantor Perumda Aneka Dharma, Yuli Budi Sasangka juga menghindar.
Sementara humas ITF Bawuran, Romo In Nugroho menjanjikan akan bisa berkomunikasi pada Rabu (6/11/2024) pukul 13.00 WIB. "Halo, mas, bagaimana kalau sekitar jam 13.00, maaf saya sedang ada pertemuan," pesan dari Romo In Nugroho.
Namun sampai waktu yang dijanjikan Romo In Nugroho tidak dapat dihubungi. Harianjogja.com telah berkali-kali menghubungi, namun tidak ada respons.
Sekda Bantul yang juga komisaris Perumda Aneka Dharma Agus Budi Raharja mengaku enggan berkomentar terkait dengan pembangunan ITF Bawuran.
"Langsung aja ke Aneka Dharma saja. Itu kan projectnya mereka. Mereka sempat menyatakan ada upaya penyelesaian, ada perbaikan KSO, dan kemitraan. Hanya detailnya, mereka belum ketemu dengan saya lagi," ungkap Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News