Upacara adat Rambu Solo'. Dok. IstKabarMakassar.com — Bupati Toraja Utara, Frederik Palimbong, turut menyampaikan kritik terhadap komika Pandji Pragiwaksono yang dianggap melecehkan adat Toraja melalui potongan video stand up comedy lawas yang kembali viral di media sosial.
Frederik menilai, sebagai seorang komika yang dikenal cerdas, Pandji seharusnya melakukan riset terlebih dahulu sebelum menjadikan adat atau budaya tertentu sebagai bahan lelucon.
“Jangan asal bunyi alias asbun,” tegas Frederik saat dikonfirmasi, Senin (03/11).
Menurutnya, seorang publik figur memiliki tanggung jawab moral atas setiap ucapan dan perilakunya di ruang publik.
Ia menekankan bahwa budaya Toraja bukan sekadar identitas lokal, tetapi juga merupakan bagian dari warisan nasional yang patut dijaga dan dihormati.
“Sebagai publik figur yang punya banyak pengikut, dia mestinya menghargai budaya. Bukan mendegradasi atau menyinggung suku tertentu,” ujar Frederik.
Lebih lanjut, Frederik menilai bahwa pernyataan Pandji dalam video tersebut tidak dapat dibenarkan dengan alasan humor semata.
“Itu tidak lucu sama sekali,” tegas Frederik.
Sebelumnya, sejumlah pihak juga sudah turut menyuarakan kritik dan kecaman atas potongan video lawas komika Pandji Prawigaksono yang mendadak viral di media sosial.
Video tersebut memicu kemarahan masyarakat Toraja lantaran Pandji melontarkan materi stand-up yang dianggap menyinggung tradisi Rambu Solo’, upacara adat kematian khas Toraja.
Meski belakangan diketahui bahwa video tersebut merupakan rekaman lawas yang direkam sekitar belasan tahun lalu, cuplikan yang diunggah ulang di berbagai platform sosial media, seperti Instagram dan TikTok, memunculkan gelombang protes dan kecaman dari masyarakat Toraja.
Dalam potongan video itu, Pandji menyebut banyak warga Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian, bahkan menggambarkan jenazah keluarga yang belum dimakamkan dibiarkan terbaring di ruang tamu, tepat di depan televisi.
“Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya,” ujar Pandji dalam video tersebut.
“Dan banyak yang ga punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh aja di ruang TV di ruang tamu gitu. Kalau untuk keluarganya sih biasa aja ya, tapi kalau ada yang bertamu kan bingung ya. Nonton apapun di TV berasa horor,” sebutnya disambut tawa penonton.
Potongan video tersebut menuai kecaman, terutama dari kalangan masyarakat Toraja yang menilai pernyataan Pandji melecehkan nilai-nilai budaya dan adat mereka.


















































