Sekretariat Golkar Makassar (Dok: Sinta KabarMakassar).KabarMakassar.com — Akademisi politik Rahmat Muhammad mengingatkan Partai Golkar agar tidak terlena dengan romantisme kejayaan masa lalu.
Ia menilai, partai yang pernah menjadi kekuatan dominan di Sulawesi Selatan itu kini menghadapi medan politik yang jauh lebih kompetitif dan dinamis.
“Jangan sampai bapak-bapak di Partai Golkar masih menikmati euforia masa lalu, merasa ‘kita partai besar, kita pasti menang’, sementara partai lain terus bekerja menjadi besar,” ujar Rahmat, Kamis (30/10).
Menurutnya, situasi politik elektoral saat ini menuntut semua partai, termasuk Golkar, untuk beradaptasi dengan pola baru. Dinamika politik yang cepat dan perilaku pemilih yang semakin rasional membuat pola kerja partai tak bisa lagi mengandalkan nostalgia sejarah kejayaan.
“Politik hari ini tidak bisa hanya berbicara tentang tradisi dan masa lalu. Golkar harus membaca ulang peta kekuatan dan menyesuaikan diri dengan tantangan zaman,” jelasnya.
Rahmat juga menyinggung menurunnya apresiasi publik terhadap proses kaderisasi partai. Dalam pandangannya, masyarakat kini lebih menilai hasil konkret dibanding proses panjang pembinaan kader.
“Kaderisasi sudah lewat, Pak. Masyarakat sekarang tidak melihat proses, mereka melihat hasil. Jadi, partai harus menyesuaikan strategi tanpa kehilangan prinsip,” tegasnya.
Ia menilai, pragmatisme politik dalam batas tertentu menjadi keniscayaan di era modern. Namun, Golkar harus memastikan langkah adaptif itu tidak menghilangkan jati diri dan prinsip perjuangan partai.
“Berubah itu perlu, tapi jangan kehilangan karakter. Golkar kuat karena sejarah, tapi untuk bertahan, ia harus bekerja sesuai zaman,” tutup Rahmat.
Sebelumnya, Ketua DPD II Partai Golkar Takalar, Zulkarnain Arief, seseumbar bahwa Partai Golkar kembali menjadi pemenang Pemilu di Sulawesi Selatan. Meski dalam pemilu legislatif terakhir kalah jumlah dari NasDem dengan 17 kursi.
“Golkar itu sudah terbiasa dilambung. Tapi Insya Allah kami yakin dan percaya, nanti di 2029 jadi pemenang. Golkar sudah terbiasa berkompetisi, apalagi sudah 61 tahun, artinya lebih duluan makan garam,” ujar Zulkarnain Arief.
Sementara itu, Wakil Ketua 1 Golkar Sulsel Armin Mustamin Toputiri, mengatakan Golkar Bisa Menang Kalau ‘Pragmatis’.
Soal Sulsel apakah masih lumbung Golkar, Armin Mustamin Toputiri menyebut beringin di Sulsel dapat kembali jadi pemenang. Salah satu caranya dengan menjadi “partai pragmatis”.
Pragmatis yang dimaksud Armin adalah merekrut calon legislatif (Caleg) yang punya banyak duit pada Pemilu 2029, tanpa melihat kaderisasi pada.
Menurutnya, cara-cara seperti ini digunakan partai lain untuk mendulang kursi.
“Gak perlu pusing pengkaderan, gak perlu pusing PDLT lagi. Kalau begitu, Golkar bisa jadi pemenang lagi, kalau kita juga mau pragmatis seperti itu, kalau hanya mau menang,” ujar Armin yang mengaku sudah nonaktif dari Golkar Sulsel.


















































