General Manager Haleon Indonesia, Dhanica Mae Tiu (kedua kiri) bersama perwakilan Fakultas Kedokteran Gigi UGM (kiri), Dinas Kesehatab DIY (kedua kanan) dan Kimia Farma (kanan) berfoto bersama maskot Polina, dalam peluncuran kampanye Balikinsenyum, di The Phoenix Hotel, Kamis (14/11/2024). - Harian Jogja/Lugas Subarkah
Harianjogja.com, JOGJA—Merek perawatan gigi tiruan dari perusahaan kesehatan konsumen dari Haleon, Polident, meluncurkan kampanye #BalikinSenyum dengan dua inisiatif utama. Berupa Polina sebagai consumer chat berbasis artificial intelligence (AI) dan program penyediaan gigi tiruan gratis bagi mereka yang membutuhkan.
Kampanye ini diluncurkan di The Phoenix Hotel Jogja, Kamis (14/11/2024). Bertujuan untuk memperluas akses perawatan gigi tiruan kepada masyarakat yang membutuhkan di Indonesia, dimulai dari DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dengan rencana ekspansi ke daerah lain.
General Manager Haleon Indonesia, Dhanica Mae Tiu, menjelaskan kampanye ini merupakan langkah konkret Haleon dan Polident untuk membawa dampak positif bagi komunitas. Ini sejalan dengan misi Haleon untuk menghadirkan kesehatan sehari-hari yang lebih baik.
“Melalui Polina yang mempermudah akses ke informasi perawatan gigi tiruan, penyediaan gigi tiruan gratis, serta dukungan dari mitra-mitra terpercaya kami harap program ini benar-benar #BalikinSenyum dan memastikan kita tidak melewatkan kebahagiaan terkecil sekali pun dalam hidup,” ujarnya.
BACA JUGA : Prodi Spesialis Kedokteran Gigi Anak UGM Gelar Program Pengabdian di SLB Samara Bunda
Kehilangan gigi tidak hanya dialami oleh kelompok lanjut usia (lansia), melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2023, sekitar 18% kehilangan gigi pada rentang usia 35-44 tahun, 26,4% terjadi pada rentang usia 45-54, 37,2% terjadi pada rentang usia 55-64, dan sebanyak 46,5% terjadi pada individu berusia 65 tahun ke atas.
“Maka dari itu, Polident melihat pentingnya menanggapi masalah ini, mulai dari DIY, salah satu daerah dengan permasalahan gigi dan mulut lebih tinggi dari rata-rata Indonesia, yakni sebanyak 56,9 persen,” katanya.
Dokter gigi umumnya menganjurkan pasien untuk mendapatkan gigi tiruan maupun implan gigi. Sayangnya, hanya 3,1% orang Indonesia yang mengakses gigi tiruan, dan angkanya jauh lebih sedikit lagi bagi gigi implan.
Kesadaran akan pentingnya memakai gigi tiruan yang rendah hingga kendala biaya menjadi salah dua alasan dari rendahnya adopsi gigi tiruan. Pembuatan gigi tiruan dapat memakan biaya sekitar Rp200.000 hingga Rp500.000 per gigi membuatnya tidak terjangkau bagi sebagian orang.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DIY, Gregorius Anung Trihadi, menjelaskan, data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, menunjukkan biaya untuk perawatan kesehatan gigi menjadi salah satu yang tertinggi. Dan kedua, faktanya masih banyak masyarakat yang tidak datang ke tenaga kesehatan ketika mempunyai permasalahan gigi.
“Oleh karena itu, kami mengucapkan apresiasi kepada Haleon Indonesia yang juga didukung oleh PDGI, FKG UGM, Kimia Farma, dan berbagai pihak yang ikut berkontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat DIY, khususnya kesehatan gigi. Kami menyambut gembira dengan adanya peluncuran teknologi yang bisa mendekatkan masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan gigi,” ungkapnya.
Anggota Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Kota Jogja, Titik Ismiyati, mengatakan gigi tiruan memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mulut dan kualitas hidup. Penggunaan yang tepat tidak hanya membantu memperbaiki kemampuan berbicara dan mengunyah, tetapi juga menjaga bentuk wajah dan mendistribusikan tekanan kunyah secara merata.
“Dengan perawatan yang baik, gigi tiruan dapat memberikan kenyamanan dan mengembalikan kepercayaan diri penggunanya,” katanya.
BACA JUGA : Hasil Riset, Rokok Elektrik Tetap Mengalirkan Nikotin
Guna membantu meningkatkan akses kesehatan gigi, Polident meluncurkan Polina, consumer chat bertenaga AI yang dirancang untuk memberikan informasi dan panduan mengenai perawatan gigi tiruan secara mudah dan cepat. Polina dapat diakses melalui WhatsApp, memungkinkan pengguna gigi tiruan untuk mendapatkan saran pribadi tentang cara merawat gigi tiruan mereka, menjaga kebersihan mulut, dan mengatasi masalah umum yang sering dihadapi oleh pengguna gigi tiruan.
Berbasis AI
Generative AI di balik Polina dilatih dengan materi kesehatan gigi yang terkurasi sesuai praktik yang berlaku di Indonesia. Kapabilitasnya untuk memproses bahasa sehari-hari pun memungkinkan pengguna menerima informasi dalam bahasa awam yang lebih mudah dimengerti. Dalam proses pengembangannya, Polident juga menargetkan kapabilitas POLINA untuk memahami prompt dalam bahasa daerah.
Polident turut mengajak masyarakat berpartisipasi dalam penyediaan gigi tiruan gratis melalui dua mekanisme. Pertama, melalui program buy-to-donate bekerjasama dengan retailer penjual produk Polident, yaitu Kimia Farma di mana setiap pembelian produk Polident di Kimia Farma Apotek terdekat akan berkontribusi pada donasi gigi tiruan untuk orang-orang yang membutuhkan.
Kedua, melalui donasi langsung melalui kemitraan dengan Kitabisa di mana publik dapat berdonasi lewat laman Kitabisa, yakni https://kitabisa.com/campaign/balikinsenyum. “Pada tahap awal, Polident menargetkan produksi gigi tiruan kepada 500 penerima manfaat di DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur,” kata Marketing Lead Haelon Indonesia, Yudith Arianda.
Kawasan ini dipilih karena merupakan tiga kawasan dengan proporsi penduduk lansia paling tinggi dari rata-rata nasional, dengan masing-masing mencatat angka 16,02%, 15,05%, dan 15,57%, dibandingkan rata-rata nasional sebesar 11,75%, sehingga diprediksi memiliki kebutuhan gigi tiruan yang lebih tinggi.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, secara daring mengucapkan selamat kepada Haleon Indonesia atas peluncuran teknologi artificial intelligence Polina dan kampanye #BalikinSenyum.
“Ini akan memudahkan masyarakat mendapatkan informasi tentang gigi tiruan yang sesuai bagi mereka yang mengalami kehilangan gigi. Semoga peluncuran teknologi dan kampanye baru ini membawa manfaat besar dan dampak positif bagi kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News